Senin, 15 Januari 2018

BALADA GURU MUDA

Hari ini tepat tiga tahun saya mengajar di sekolah ini, sekolah di tengah kampung (saya selalu bangga dengan kata ini, karena tanpa kampung tidak ada kota ahh... Masih belum moveon ternyata 😂😂😂), sekolah yang sudah banyak mencetak anak-anak hebat.
Saya disini, ditengah-tengah guru senior dengan mainsetnya pada masanya, masa dimana dengan sedikit tindakan "koersi" mampu membuat para siswa bertekuk lutut, tidak berkutik sebab tak ada payung hukum yang melindungi dengan dasar "kekerasan", dipukul jika itu karena kesalahan jangan berharap dapat perlindungan orang tua, yang ada justru pembantaian lanjutan, sebab untuk mereka (orang tua dulu) jika anaknya dihukum itu adalah sebuah tamparan atau bahkan pengumuman kepenjuru negeri bahwa anaknya pembangkang dan hal ini tabu terjadi (dilarang), oleh sebab itu panggilan BK atau bahkan hukuman guru yang melibatkan orang tua adalah hal yang harus dihindari si anak, disinilah pendidikan karakter yang diselipkan, si anak mampu menyadari pentingnya sebuah kedisiplinan,kemandirian, dan yang pasti sopan santun.
Mainsetnya tetap sama tindakannya masih sama, tapi polannya yang berubah, jika polanya tetap sama maka sekarang ada payung hukum yang bertengger menjadi benteng cantik pelindung bagi anak negeri dengan tameng "kekerasan" sekali cubitan "penjara" menanti, sekali pukulan "peradilan" menunggu. WOW... Oleh sebab itu polanya berubah, tidak lagi dengan pembantaian pada masa sebelumnya, tapi katanya harus pakai "hati". Karena menurut pakar, kekerasan dapat memicu tindakan serupa menjadi tindakan dasar anak, yess...  Awesomeee..
Dulu berjalan berpapasan dengan "guru" sekalipun guru muda kepala sudah pasti menunduk dengan sendirinya, dulu meminta izin kepada guru demam tiba-tiba menyerang jika tidak ada alasan pasti, dulu menulis surat atau berkirim pesan dengan guru seperti ingin menulis pesan dengan bapak presiden, tulis/hapus sebab takut ada kata-kata yang salah, dulu duduk berdua dengan guru seperti duduk bersama pejabat penting negara karena takut salah bicara atau bahkan seperti menghadapi ujian nasional dadakan karena takut salah pertanyaan atau jawaban ketika guru bertanya, oleh karenanya berpapasan,duduk berdua guru itu adalah pemandangan yang sulit didapat kecuali mereka yang spesial buat para guru, itu "DULU".
Sekarang pemandangan dan situasi seperti itu lumrah terjadi, duduk bersama guru dengan bahan rumpian terkini, berpapasan dengan guru senior biasa saja, apalagi berhadapan sama guru muda, seperti berhadapan sama temen seangkatan, berkirim pesan sama guru seperti berkirim pesan dengan tetangga "biasa aja" gak ada drama demam tinggi karena nervous harus nulis apa.
Pertama kali saya masuk di sekolah ini, saya berharap bisa menerapkan pola guru jaman dulu kedalamnya, beberapa bulan kemudian saya menyerah karena tidak berhasil, sebab anak didik jaman now justru semakin gerah dengan pola tersebut, tentunya mereka juga semakin tak terkendali secara tindakan. Harus mengikuti pola baik hati, di dekati dengan hati supaya bisa lebih paham kondisi psikis anak, dan yang lebih ekstrim lagi guru harus mampu menciptakan anak yang mempunyai nilai baik di segala bidang, bingung ini sebuah tantangan atau paksaan.
Blokade terdasyatnya adalah kita (para guru muda) dituntut untuk menjadi kreatif supaya bisa menciptakan pola belajar yang menyenangkan untuk mengikuti mood anak didik jaman now. 😆😆
Urusan kreatif kita para guru jaman now harus mengikuti serangkaian bimtek, pelatihan, dan segala perubahan dan perombakan kurikulum yang kadang diwajibkan dan tiba-tiba dianggap biasa atau lebih tepatnya hukum "makruh" dikerjakan tidak dapat pahala ditinggalkanpun tidak berdosa (ya begitulah kira-kira), belajar 4 tahun dengan latar belakang pendidikan tidak akan cukup untuk menutupi mood siswa "jaman now". Harus lima langkah diatas mereka, itu "HARUS" ya!  Kalo tidak kamu akan dapat cap "guru gagal".
Belum Lagi kami harus berhadapan dengan segala bentuk perancangan (bukan hanya kerja kantor butuh rancangan, ngajar juga butuh cuy!  Ya itu tadi buat ide kreative supaya belajar jadi menyenangkan buat siswa) pelaporan setiap akhir semester tentang apa aja yang kami lakukan dikelas sepanjang itu. Serangkaian soal yang harus kami buat berulang dengan aspek yang berbeda setiap semester (UAS) pertemuan (latihan) dan setiap 1 bulan sekali (saya) ( buat UH) even soal itu dibuat dengan perjuang bertubi dengan waktu berhari-hari dan kalian tau yang miris dilakukan siswa "ngerjainnya hanya dalam hitungan menit" dengan asumsi 20% nilai adalah bonus tuliasan aja (buat soal isian) dan buat yang satu ini saya secara peribadi mau sungkem sama guru mapel paling sering remedial di SMA dulu (bu desiana) maafin rita yakk sering mikir gini dulu setiap UH ibu. 😰😰😰.
Lanjut tuntutan kreatif kami tidak berakhir disini say, setiap event ntahlah apapun itu guru always ya dituntut untuk merangsang kreatifitas anak didiknya. Belum lagi penyesuaian dengan segala perubahan peraturan tentang pendidikan yang todak bisa saya jabarkan disini satu persatu.  Ditambah...
Kami harus siap dengan segala tuntutan
 "anak kurang pintar" ya karena "gurunya kurang berbakat"
"anak kurang paham" ya karena "gurunya terlalu cepet jelasin"
"anak membangkang" ya karena" gurunya terlalu keras"
Semua serba "guru" lalu "siswa" dimana???  Siswa itu apa? Mereka adalah peserta didik yang harus kita tempa menjadi gen abad 21 yang berilian yang pasti us your creative on your teach.
Oh ya..  Gaji, kalian jangan bertanya itu pada guru "honor" seperti kami, kami hanya senyum cantik aja untuk menutupi segala kegalauan,  kalaupun kalian melihat kami nanti jalan atau belanja mewah itu adalah gaji yang sudah kami tabung sekian bulan (you know whatlah 😊😊😊) buat menghibur kelelahan sekian bulan kami, ya walau kadang liburan tetep aja harus masuk karena ada side job yang harus dikerjakan sebelum liburan berakhir uda wajib selesai (nahhh kebayangkan???)
Saya tidak sedang mengeluh ya say, tapi ini kenyataan yang harus kami hadapi sebagai "tantangan" mybe untuk menjadi "guru muda". Kami akan menyerah?  Yang pasti tidak! Karena kosekuensi ini yg kami hadapi ketika kami menjadi "guru" trus kalian disana sebagai peserta didik dan mungkin orang tua, masih mebgeluh kami hanya bekerja saat kami di kelas semata? 😊😊😊😊
Ini bukan keluhan ya! Ini balada kami (guru) yang pasti selalu dipandang satu mata (bagi, sebagian sih, gak semua 😂😂😂😠) salam hangat dunia pendidikan #please jangan salahpaham dengan ini, bukan nuntut gaji, atau apalah, yang saya ungkapkan ini adalah rutinitas kami yang tak terlihat karena selalu ditutupi senyum manis 😂😂😂😂
#selamatmalam

BENTUK HUBUNGAN SOSIAL INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM MASYARAKAT

  Hubungan sosial merupakan fenomena sosial yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan sosial dalam masyarakat heterogen cend...