Sabtu, 08 Juli 2017

Love Come's Late Part 3

Seminggu berlalu setelah pertemuan itu, sekali lagi aku yang harus mencairkan suasana aneh yang dia ciptakan, aku yang harus menjembatani kediaman mereka berdua.
Sejak saat itu, Joni dan aku seperti orang asing, ntah siapa yang memulai membuat jarak, mungkin kebungkaman yang terjadi malam itu sudah menjelaskan bahwa hubungan singkat kami cukup sampai disini.
Sekarang kesibukanku hanya seputaran Redo, setiap pagi dia selalu setia menjemputku bahkan ketika pulang sekolahpun dia siap menunggu, hanya saja aku yang selalu menolak dengan berbagai alasan, dan dia menerima saja tanpa protes.
Hari ini, aku sangat malas menunggu jemputan Redo,  setelah semalam kami berdua terlibat debat panjang persoalan hubungan tanpa status yang sedang kami jalani.
"kamu maunya kita ini gimana? Selamanya seperti ini? " protes Redo lewat pesan singkat, setelah telponnya aku putuskan.
"aku uda berkali-kali bilang, kita cuma teman, gak lebih dari itu do." balasan singkat ku cukup untuk memberikan kejelasan atas pertanyaannya, dan malam itu telpon genggamku mati hingga pagi.
Aku sudah prepare hari ini akan berangkat bersama Bella, karena kemungkinan di jemput oleh si Redo sangat kecil. Buku pelajaran sudah ready, sarapan sudah selesai lima menit yang lalu, sekarang tinggal sepatu dan duduk manis menunggu jemputan Bebe (panggilan akrabku kepada Bella.)
"lima menit lagi ya jenk!" pesan singkat Bella
Okehlah, pikirku, masih sangat jauh dari jam deadline masuk sekolah 😂😂
Aku masih punya kesempatan menonton acara gosip kesukaan emak (hahaha)
"tiiiinnnn... " tiba-tiba bunyi kelakson super panjang mengalahkan suara host gosip yang ku stel dengan volume medium, aku keget, ini belum juga lima menit seperti yang Bella janjikan, tapi anak itu sudah muncul.
"tumben" gumamku, seraya bergegas menyambar tangan ibuku untuk salam, dan beranjak dari ruang tengah, dan lagi-lagi dia, si biang masalah muncul.
Seperti biasa dia menyuguhkan senyum mematikannya,  dia seperti tanpa beban datang menjemputku setelah kejadian malam kamis super manis yang dia buat.
"ngapain?" celetuk ku
"jemput kamu lah neng, ngapain lagi? " senyumnya semakin menyeringai.
"aku uda ada jemputan bentar lagi" mukaku sudah ku tekuk sedemikian rupa, supaya dia sadar bahwa aku tak nyaman dengan kedatangannya.
"Bella? Dia bakal telat, motornya aja masih di pake kakaknya." masih dengan senyum racunnya.
"ga papa telat, aku udah janji bareng dia, gak boleh ingkar. " alasanku semakin menjadi-jadi supaya tidak berangkat bareng cowok menyebalkan itu.

Tapi dia tidak bergeming sedikitpun, dia masih duduk manja diatas motornya. Sejenak suasananya menjadi tak nyaman, tapi ku biarkan saja sampai dia beranjak dengan sendirinya.
Telpon gengamku bergetar, sebuah pesan masuk, segera ku buka,  berharap itu dari Bella dan dia sudah berada di depan pagar. Iya itu pesan dari Bella, tapi bukan kedatangannya, melainkan pembatalan janji, karena dia sudah berangkat bersama pujaan hatinya, dengan alasan panjang yang sama sekali tidak ingin ku baca, "aku benci kamu be.." gumamku dalam hati,  Kenapa harus sekarang kamu batalin janji, disaat orang menyebalkan ini ada di hadapanku.
Segera ku cangklong tas, dan beranjak dari teras, jalan kaki super cepat, berharap segera menemukan angkot di depan gerbang, tanpa mempedulikan mahluk menyebalkan itu. Ia tak kalah sigapnya denganku, memelankan gas motor, mengikutiku seperti penjahat sembari terus tersenyum. Ini benar-benar pagi yang sial.
#tobecontinue

Minggu, 02 Juli 2017

LOVE COME'S LATE PART 2

Aku sudah terbiasa mendengar kata jahat sekarang, setiap cowok yang mencoba mendekati dan berkenalan denganku pastilah hanya mampu bertahan sampai satu minggu saja, setelah itu akan datang pesan singkat “kamu jahat” atau “ah.. gak nyangka ya kamu sejahat ini” atau “makasih sudah meninggalkan luka buatku”  semua pesan itu  tidak akan pernah jauh dari kesan “ AKU JAHAT”. Aku seperti mati rasa, sekalipun sudah banyak teman yang menasehatiku untuk tidak melampiaskan amarahku pada setiap laki-laki, tapi aku tidak pernah peduli sedikitpun.
Hari ini aku ada janji temu dengan Joni, dia adalah anak sekolahan sebelah yang sudah dekat denganku seminggu ini, sialnya aku lupa, hari ini aku juga punya janji kencan dengan Redo teman sekelasku. Aku semakin bingung mengatur waktu untuk menemui keduanya, biasanya aku tidak pernah seperti ini, aksiku selalu mulus mengatur pertemuanku dengan banyak cowok tanpa ada insiden sedikitpun. Tapi sekali ini smart thinkingku hilang.
Waktu pertemuan itu semakin dekat, jam dinding sudah menunjukkan pukul 18.50 WIB, sepuluh menit lagi waktu yang aku janjikan pada keduanya akan tiba, tapi aku masih belum menemukan ide untuk menghindari pertemuan keduanya, dan keyakinanku semakin kuat jika  pertemuan malam ini pasti akan kacau, sekarang yang harus aku pikirkan adalah alasan kenapa keduanya bisa berbarengan bertemu denganku, ya.. hanya itu satu-satunya ide yang  ada di otakku.
Tiba-tiba ponselku berdering, sebuah pesan mendarat dengan cantik di kotak masukku, pesan dari Redo “maaf ya dek, kakak gak bisa dateng ke rumah, tiba-tiba kepala kakak sakit, maaf ya! Kakak gak maksud ingkar janji” diikut sertakan dengan emot icon derai air mata. Syukur.. sekali lagi dewi fortuna berpihak padaku, senyumku langsung mengembang seperti parasut para layang, lebar banget (hahaha) aku tidak perlu berpikir keras lagi untuk mencari alasan.
Sebuah pesan cantik bak malaikat ku layangkan ke Redo “ga papa kok ka, aku gak marah, kaka istirahat ya! Jangan lupa minum obat, dan jangan begadang juga” ku ikut sertakan emot icon senyum dan hug biar pesan yang ku kirim semakin manis. Senyum dipipi chubyku terus saja mengembang, sekarang aku hanya perlu duduk manis menunggu kedatangan Joni saja dan mulai menganalisa kira-kira Joni bakal nembak aku atau tidak, seperti cowok-cowok sebelumnya. (harapan palsu)
Suara motor metic vario terdengar di halaman rumah, aku semakin yakin itu adalah Joni, aku bersiap-siap dan berlari menuju pintu untuk menyambut kedatangannya, belum suara motor itu berhenti, bola mataku hampir keluar melihat siapa yang ada di atas motor vario biru itu, kenapa si bodoh ini dateng ke rumah, setelah hampir enam bulan ini aku tidak bicara dengannya. Dia melangkah penuh percaya diri ke arahku.
“uda rapi aja neng, ada kencan ya?” sembari duduk di teras rumah. Cowok satu ini tak kalah patah arangnya dari aku, dia seperti tidak terganggu sama sekali dengan kediamanku, bahkan cenderung seakan tidak terjadi apa-apa dengan pertemanan kami selama ini, padahal semuanya retak.
“uyy.. neng, kenapa diem aja? Kaget disamperin cowok ganteng ya?” dia berusaha menyadarkan aku dari lamunan.
“iya, aku ada kencan, ngapain kamu kesini? Kamu gak lagi erorkan?” jawabku ketus, aku berusaha mengendalikan rona merah yang memaksa keluar diantara pori pipiku.
“gak lah, aku lagi kangen aja sama kamu, makanya mampir, kamu gak nawarin aku minum gitu?” ia malah menimpali santai celotehan kasarku.
“gak, aku udah mau keluar sebentar lagi, dan lagian kamu dilarang kangen sama aku, karena nanti nenek gombel itu cemburu, ngerti!” jawabanku semakin sewot, dan aku berharap kali ini bisa membuatnya segera beranjak dari hadapanku, tapi harapanku kosong, dia malah tertawa dan semakin nyaman duduk di teras tosca yang warnanya hampir memudar itu.
“ya ampun neng, slow aja kali” timpalnya sambil mengeluarkan rokok dari kantong celana belelnya, kebiasaan buruk yang kemarin sempat ia tinggalkan sekarang sudah kembali lagi.
Joni datang, keadaan ini yang sebenarnya aku tunggu, tapi entah mengapa aku mebencinya saat keadaannya benar-benar terjadi, dihadapanku sekarang ada dua orang cowok yang tidak saling kenal satu sama lain, pandangan mereka seperti bertanya-tanya “siapa kamu?” keduanya terdiam. Aku melihat tajam kearah keduanya berharap satu diantara mereka akan memecahkan kesunyian yang ku benci ini, seperti dayung tak bersambut, aku bermimpi, dan apakah kali ini, lagi aku yang harus memulai untuk memcairkan keadaan tak nyaman yang ia ciptakan?
#tobecontinue 😊

Sabtu, 01 Juli 2017

BAHAGIA YANG TERTUNDA

Langkah kaki ini terasa gontai, semangatku ntah hilang kemana, aku terus berusaha melangkah dengan sisa-sisa tenaga, supaya aku bisa sampai dirumah dan segera merebahkan tubuh ringkih ini. 
Tuhan, apa kau sedang marah padaku? Sampai kau tegur aku dengan sangat dasyat seperti sekarang?  Kenapa kau tunjukkan aku hal yang tidak ingin ku lihat,  bahkan hal yang tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. 
Dia adalah laki-laki yang sudah sangat lama menjalani hari bersamaku,  dia adalah laki-laki yang selalu ku banggakan di depan orang tuaku, sekalipun orang tuaku selalu saja mengingatkan bahwasannya dia bukan yang terbaik untukku, dia adalah laki-laki yang selalu dieluh-eluhkan oleh sahabat-sahabatku karena kebaikannya, dia adalah belahan jiwa yang ku anggap sempurna untuk melengkapi hidupku. 
Tapi apa..  Hari ini kau memperlihatkan aku betapa laki-laki kebangganku itu tega mengkhianati kepercayaan ku,  kepercayaan orang tuaku yang dengan susah payahku bangun. 
Hari bahagia yang harusnya melambai di depanku,  kini pergi menjauh, dia menghilang bagai asap, dia tidak mau berjalan menuju ke arahku lagi, dia berpaling, bahkan tak sempat berpamitan. 
Apa salahku tuhan???  Ibadahku masih kurang??? Mungkin doaku terlalu manja??? Atau ada hati yang sakitnya belum sembuh karenaku???  Apa tuhan??  Apa salahku, sampai hal sesakit ini menimpa ku. 
Harusnya minggu ini undangan itu sudah ku sebar ke segala penjuru, tetangga sudah mulai berbisik-bisik, aku akan segera menikah. Ayah..  Ayah.. Yang sama yang kau panggil ayah, sudah banyak menerima bingkisan, ucapan selamat dari rekan dan kolega-koleganya, ketika mendengar putri semata wayangnya akan segera melepas lajang. 
Tapi.. Kau tega, menggores luka di hati ayah dan ibuku dengan pembatalan "berengsek" itu. 
Aku mungkin masih sanggup menerima luka yang kau buat, tapi ayah ibuku,  yang katanya sudah kau anggap sebagai ayah dan ibumu itu sulit menerima, mereka malu menampakkan muka pada tetangga, mereka malu menghadapi pertanyaan kenapa? Tapi hanya karena aku yang merana, mereka Pura-pura tegar. 
Kau senang melihat ini???  Kau bangga mendapatkan kenyataan pahitku??? 
Yah.. Aku bodoh..  Sangat-sangat bodoh, seharusnya ketika orang tuaku ragu, aku dengarkan apa katanya, bukan malah berjuang mendapatkan kepercayaan mereka untuk kesetiaan palsu mu. 
Bahagiaku telah berganti, bahagiaku telah kau curi, tapi tak ku biarkan kau mengambil semua itu dariku, tunggu aku dengan kebahagian yang tidak pernah kau kira. Itu janjiku.  -to be continue-

Kamis, 29 Juni 2017

KEUTAMAAN SEDEKAH "PEMBUKA JALAN KESULITAN"

Assalamualaikum sahabat,  kali ini aku mau bercerita sedikit tentang keutamaan sedekah, aku sedang tidak belajar menjadi seorang ustadzah,  gak sama sekali,  karena ilmu agamaku pun belum setinggi itu, aku hanya ingin berbagi cerita semata. Lets fokus on my story 😊
Sedekah adalah memberikan sebagian kecil hak seseorang kepada orang lain yang membutuhkan, itu adalah makna sedekah yang selama ini aku yakini. Jujur aku sering sekali mendengarkan tausiah-tausiah di TV bahkan di pengajian tentang keutamaan sedekah, walaupun begitu, aku hanya sekedar mengetahuinya saja,  tapi untuk mengamalkannya itu sangat sedikit aku lakukan bahkan bisa dibilang jarang,  padahal orang tuaku kerap mengingatkanku akan hal itu, apalagi saat-saat lebaran seperti sekarang atau saat kita berada di masjid, cuma jarang aku amalkan (hanya sesekali saja).
Tahun 2008 aku memutuskan untuk kuliah, setelah satu tahun aku tidak melanjutkan kuliah selepas SMA karena kecewa tidak diizinkan orang tua berangkat ke jogja. Aku memutuskan kuliah disalah satu universitas negeri di kotaku, kecewaku masih belum sepenuhnya hilang, karenanya daripada aku tidak kuliah aku memutuskan kuliah dengan mengambil jurusan serampangan,  aku memilih sosiologi sebagai alternatif psikologi yang tak bisa ku ambil di kota pelajar.
Jujur saja, keluargaku bukanlah keluarga berada, ayahku hanyalah seorang buruh bangunan biasa, ibuku seorang buruh cuci keliling, tapi aku yakin aku bisa mengubah itu semua dengan kuliah, ibuku bekerja mati-matian untuk memenuhi kebutuhan kuliahku, terutama biaya semester, sementara biaya hidupku,  aku mendapatkannya sediri dari kerja paruh waktu, dan hasil menulis.
Dua tahun kuliah, ibuku masih mampu membiayai uang kuliahku, sampai saat itu datang, mungkin saat itu dirumah sedang banyak kebutuhan sehingga ibuku terlambat membayar uang semesteranku,  aku terancam tidak bisa mengikuti ujian semester, seminggu lagi ujian akan berlangsung tapi aku belum juga membayar uang semesterku,  gelisah sudah pasti, dan sempat juga terpikirkan olehku untuk berhenti kuliah, tapi pikiran itu segera ku usir pergi dari otakku.
Aku pasrah, aku percaya tuhan akan membantuku, ntah dengan cara apa, tapi aku percaya padaNya. Siang itu di tengah kegelisahan ku, aku duduk termangu di alun-alun kota, pikiranku kosong, kacau, tapi aku tidak ingin menyerah begitu saja "ayoo masa cuma karena hal kecil ini kamu jatuh" gumamku dalam hati. Genggamanku terhadap botol aqua di tanganku saat itu semakin erat. Aku terus saja berpikir bagaimana caranya uang semesteranku terbayar dan aku bisa ikut ujian.

Tiba-tiba mobil sedan keluaran 90an berhenti di belakangku, awalnya aku mengira mobil tersebut adalah salah satu mobil pengunjung yang hendak beristirahat atau sekedar duduk santai di alun-alun. Seorang bapak-bapak usia 40an keluar dari dalam mobil dengan ekspresi bingung, dia melihat keseliling seperti mencari sesuatu, ia membuka kap mobil seperti memastikan keadaan mobilnya baik-baik saja, tapi kembali dia terlihat seperti orang kebingungan.
Aku yang sedari tadi memperhatikan si bapak akhirnya memberanikan diri bertanya
"ada apa pak? " aku melangkah mendekat ke si bapak.
Si Bapak menoleh ke arahku dan seperti terkaget
"eh..  Ini dek,  air radiator bapak kayanya kering"
Aku memperhatikan air aqua ditangan ku,   disatu sisi air aqua seperti harapan hidup untukku, di sisi lain si bapak membutuhkannya supaya mobilnya bisa jalan. Disela kebimbangan ku,  aku teringat kembali dengan tausiah-tausiah di TV tentang keutamaan sedekah.
Aku mungkin tidak bisa menyedekahkan harta benda,  tapi aqua ditanganku saat ini insyaallah bisa menjadi manfaat untuk si bapak.
"nih pak, bisa gak pake air aqua ini buat gantiin sementara air radiator bapak" aku menyodorkan air mineral 1,5 liter yang ku pegang sedari tadi.
"gak papa dek, ini bapak pake dulu? " tanya si bapak ragu, sepertinya si bapak bisa melihat ekspresiku yang sangat membutuhkan air itu.
"iya pak..  Gak papa,  bapak pake aja, mudah-mudahan mobil bapak bisa jalan"
Si bapak mengambil air mineral di tanganku, dan mengisi air radiatornya, sambil menuangkan air radiator si bapak bertanya dimana aku tinggal dan lain sebagainya,  hingga sampailah pada pertanyaan pamungkas yang mungkin sedari tadi ingin bapak tersebut ketahui, hanya saja tidak nyaman jika langsung membrondong aku dengan pertanyaan tersebut.
“maaf dek, kalo bapak boleh tau, kamu sedang ada masalah apa? Sedari tadi bapak lihat wajahmu kaya gelisa gitu”

Pertanyaan tersebut membuatku terpukau sejenak, aku ragu apakah aku harus menceritakan masalahku atau tidak kepada si bapak, karena secara gak langsung si bapak adalah orang yang baru aku kenal, rasanya tidak etis jika aku tiba-tiba bercerita tentang masalah yang sedang aku hadapi.
Mendapati wajah keraguanku, si bapak kembali meyakinkan aku untuk menceritakan masalahku.

“ga papa dek, cerita aja, barang kali bapak bisa bantu, ya hitung-hitung balas kebaikanmu yang sudah merelakan air mineralmu ini buat bapak.”

Agak ragu, namun aku memberanikan diri menceritakan segalanya, seperti ada keajaiban tak terduga, si bapak tiba-tiba menyodorkan sebuah kartu nama, di dalam kartu nama itu tertera nama si bapak dan tempat bapak itu bekerja. Si bapak ternyata adalah seorang pimpinan sebuah surat kabar di kotaku. Mendengar ceritaku dan pengalamanku, si bapak menawarkan aku bekerja paruh waktu di kantor surat kabar tersebut, dia memintaku datang ke kantornya ke esokan hari.

Disanalah aku merasa kejaiban sedekah itu, keesokah harinya aku dikontrak oleh surat kabar tersebut untuk menjadi tenaga penulis freelance gitu, awalnya juga aku tidak paham seperti apa tugasku, namun setelah si bapak menjelaskan barulah aku paham tugasku disana. Aku langsung dibayar dimuka dan hari itu juga aku bisa membayar uang semesteranku dan mengikuti ujian semester saat itu.

Berkat kebaikan si bapak pula aku bisa menyelesaikan pendidikan S1 ku, tanpa membebani orang tuaku lagi, walaupun kadang-kadang orang tuaku masih mengirimi aku uang. Dan semua itu tidak hanya berhenti disana, selepas kuliahpun aku ditawarkan untuk bekerja disana, kurang lebih dua tahun pasca lulus aku bekerja disana, dan mantap memutuskan untuk menjadi seorang guru. Banyak ilmu yang aku dapat dari kejadian itu, salah satunya adalah keyakinan ku yang semakin kuat terhadap kekuatan dan keutamaan sedekah.

Sedekah bukan semata-mata memberi sebagian hartamu yang menjadi hak orang lain, tapi sedekah juga bisa menjadi pembuka jalan bagi setiap kesulitan dan penyucian atas harta yang engkau dapatkan. Tidak peduli sekecil apapun yang kau beri tapi ingatlah janji  Allah bahwa Dia akan menggantikan itu ketika keikhlasan atas apa yang kau beri dan niat tulus hanya karena Allah dan kebaikan atas sesamamu.

Dan dalam sebuah hadits dikatakan :

“sesungguhnya di dalam sedekah-sedekah itu ada lima perkara, menambah hartamu, menjadi obat penyakitmu, menghindari bahaya, mempermudah segala urusanmu, masuk surga tanpa hisab.” (sumber cacatan mslimah)


Semoga ceritaku ini bermanfaat buat kita semua, dan jika ada kata-kata yang salah dan menyingung para pembaca, aku meminta maaf, kritik dan saran kalian pastilah sangat membantu untuk kebaikan tulisan-tulisanku brikutnya. And than sebelum syawal berganti, aku mau mengucapkan minalaidinwalfaizin mohon maaf lahir bathin ya semua, wassalamualaikum.

Rabu, 28 Juni 2017

PUISI KENANGAN

Tanpa Judul

By. R.H.M
(2010)

Dalam kau jauh.. aku selalu menunggu

Menyimpan bayangmu dalam ladang hatiku

Namun... begitu kau dan aku tak lagi menyatu

Rindu ini bukan milikmu lagi..

Dia hanya sekelebat bayang semu yang menghiasi tidurku.

Bukan.. Bukan aku yang terlalu anggkuh padamu

tapi, waktu selalu menggiring langkahku.

Jujur.. aku tidak mampu meninggalkan bayangmu

Namun waktu berhasil memuntahkan semua harapanku.. impianku.. untuk mencintaimu

Bukan... Bukan aku..

tapi bibirku yang tak mampu bicara dan tersenyum lagi untukmu..

Jumat, 10 Maret 2017

INTERAKSI SOSIAL

1. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia.
2. Proses Interaksi Sosial
Interaksi sosial terjadi karena faktor kebutuhan yang timbul dari dalam diri manusia mencakup kebutuhan dasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan integratif, serta naluri untuk hidup berkelompok atau bersama orang lain.
3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Ada 2 syarat terjadinya interaksi sosial:
  1. Kontak sosial, berdasarkan cara komunikasi terbagi menjadi 2: Kontak langsung & Tidak langsung. Sedangkan berdasarkan proses komunikasi dibedakan menjadi 2: Kontak Primer & Kontak Sekunder
  2. Komunikasi, yaitu tafsiran seseorang terhadap perilaku orang lain yang diwujudkan dengan pembicaraan, gerak gerik, sikap, maupun perasaan tertentu.
4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
 
Bentuk interaksi sosial bersifat Assosiatif
  1. Kerjasama, yaitu bergabungnya sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Meliputi:
1.Bargaining, perjanjian tukar menukar barang dan jasa antar 2 organisasi atu lebih
2. Kooptasi, proses penerimaan unsure-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
3. Koalisi, merupakan kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan sama
4. Joint Venture, adalah kerjasama dalam pengusahaan proyek tertentu dengan system bagi hasil
5. Kerukunan, mencakup gotong royong dan tolong menolong.
  1. Akomodasi, yaitu usaha untuk menciptakan keseimbangan dalam interaksi antara individu maupun kelompok yang berkaitan dengan pelaksanaan nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Atau usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tercapai kestabilan kembali. Akomodasi sebenarnya suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
  2. Asimilasi, merupakan proses social yang ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan yang terdapat diantara individu atau kelompok dan usaha mempertinggi kesatuan tindak, sikap, serta proses mental untuk mencapai kepentingan dan tujuan bersama.
  3. Akulturasi, proses penyatuan berbagai unsur kebudayaan asing yang diterima, diolah, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan itu sendiri, sehingga menjadi suatu bentuk kebudayaan baru. 
 
Bentuk interaksi sosial bersifat Disassosiatif
  1. Persaingan, merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya persaingan antar individu maupun kelompok dalam mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka tanpa menggunakan ancaman dan kekerasan.
  2. Kontravensi, suatu bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertikaian serta ditandai dengan adanya gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang, keraguan terhadap kepribadian, dan perasaan tidak suka yang disembunyikan bahkan kebencian pada seseorang.
  3. Pertentangan, adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara menantang pihak lawan melalui ancaman atau kekerasan.

5. Faktor Pendorong Interaksi Sosial
  1. Imitasi, yaitu proses peniruan tingkah laku orang lain untuk diterapkan pada seseorang yang meniru tingkah laku tersebut.
  2. Sugesti, adalah suatu pendapat, saran, pandangan atau sikap yang diberikan pada seseorang dan diterima tanpa disertai daya kritik.
  3. Identifikasi, merupakan suatu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
  4. Simpati, adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting.

Senin, 06 Maret 2017

Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah

Tulisan ini di resume dari beberapa sumber, jika ada kesamaan penulisan dan lain sebagainya ini bukanlah unsur kesengajaan.



Pada penulisan artikel, naskah masih melalui proses pengeditan oleh redaktur surat kabar atau majalah yang akan memuatnya. Tetapi pada penulisan karya ilmiah, penulisnya sendiri yang bertindak sebagai editor. Karena itulah pemilihan jenis huruf, spasi, baris, batas tepi, alinea baru, permulaan kalimat, judul, sub judul, bilangan dan satuan harus ditata, sehingga mudah dibaca. Beberapa ketentuan untuk pengetikan karya ilmiah adalah sebagai beriku:
1. Bahan dan Ukuran
a.       Bahan yang digunakan untuk pengetikan karya ilmiah adalah kertas HVS 70 gram untuk isi, dan konstruk atau buffalow untuk sampul (cover) berwarna hijau.
b.      Ukuran kertas untuk pengetikan ilmiah umumnya menggunakan kuarto atau letter (279,4 x 215,9) mm, digunakan hanya untuk satu muka (tidak bolak-balik). Posisi kertas vertikal (tall), kecuali untuk pengetikan tabel bisa digunakan secara horizontal (wide).
c.       Jenis huruf (font), pada dunia modern sekarang ini, penulisan karya ilmiah tidak lagi pantas menggunakan mesin tik biasa (manual). Pengetikan harus memakai komputer, atau paling tidak dicetak. Untuk pengetikan dengan komputer, huruf yang digunakan harus huruf normal yang sering digunakan secara umum, yaitu time, time new normal atau arial. Jangan menggunakan huruf-huruf aneh, yang pada akhirnya akan menyulitkan pembaca.
Ukuran huruf (size) pilih yang standar. Pada program Wordstar gunakan ukuran (size) 10 point. Untuk program lainnya misalnya : Chi-writer, Amipro, Microsoft Word dan Page Maker menggunakan ukuran 12 point. Jenis huruf (font) maupun ukuran (size) harus dipakai untuk pengetikan keseluruhan naskah. Kecuali untuk abstraksi, tabel dan judul bisa memakai huruf dan ukuran yang berbeda. Jumlah halaman minimal 40 halaman termasuk halaman prancis.  


2.      Cara Pengetikan
Pengetikan karya ilmiah punya cara tersendiri, antara lain sebagai berikut:
a.       Bilangan dan Satuan Pengetikan bilangan dan satuan harus ditulis dengan angka, kecuali pada permukaan kalimat. Misalnya, empat puluh juta rupiah dihabiskan untuk penelitian ini (permulaan kalimat). Penelitian ini menghabiskan dana Rp. 40.000.000 (kalimat biasa). Pengetikan bilangan desimal ditandai dengan koma (,) bukan titik (.). Misalnya, 16,50 kg beras. Pengetikan jumlah satuan dinyatakan dengan singkatan resmi yang berlaku tanpa menambah titik di belakangnya. Misalnya : km, m, cm, 1, dan sebagainya.
b.      Spasi Baris Spasi atau jarak antara dua baris dibuat dengan spasi ganda atau 2 spasi. Kecuali untuk kutipan langsung yang melebihi 2 baris. Judul dan tabel yang melebihi 2 baris, pengetikannya dengan spasi tunggal atau 1 spasi.
c.       Batas Tepi Batas-batas pengetikan diukur dari tepi kertas. Ukurannya sebagai berikut: batas atas (top) 40 mm, bawah (bottom) 30 mm, sisi-sisi kiri (left) 40 mm, dan kanan (right) 30 mm.
d.      Alinea Baru Penulisan alinea baru pada karya tulis ilmiah diukur dari sisi kiri batas garis kertas dengan masuk sampai 5 digit atau ketikan. Jadi huruf pertama tiap alinea baru adalah pada ketikan ke-6 (enam).
e.       Pengisian Ruangan Pada prinsipnya, ruangan yang tersedia pada lembar kertas yang sudah diberi garis batas halaman, yaitu bagian atas, bawah, kiri, dan kanan, harus diisi penuh dengan naskah karya ilmiah. Jangan sampai ada ruangan yang kosong, kecuali untuk daftar tabel atau gambar.
f.       Judul, Subjudul, dan Anak Judul :
1)      Judul karya ilmiah harus ditulis dengan huruf besar (capital) semua, ukuran huruf dipilih dan diatur sedemikian rupa, agar simetris dengan ukuran kertas yang digunakan. Pada akhir kalimat judul tidak perlu diberi titik.
2)      Subjudul. Penulisan subjudul menggunakan huruf yang sama dengan judul, tetapi ukurannya lebih kecil. Penempatan subjudul berada di bawah judul tanpa diberi garis. Sama seperti judul pada akhir kalimat sub judul, tidak perlu diberi titik.
3)      Anak judul. Anak judul pada umumnya berada di bagian dalam (isi naskah). Penulisannya dimulai dari garis batas tepi sisi kiri dan diberi garis bawah. Anak judul menggunakan huruf biasa bukan huruf besar (capital), kecuali huruf pertama pada anak judul.
g.      Perincian ke Bawah Pada penulisan karya ilmiah, yang memiliki naskah kalimat yang harus disusun ke bawah gunakan nomor urut memakai angka atau huruf. Misalnya 1, 2, 3 dan seterusnya, atau a, b, c dan seterusnya. Jika masih ada urutan berikutnya bisa memakai 1.1, 1.2, 1.3 dan seterusnya. Atau a.a, a.b, a.c dan seterusnya. Jangan gunakan kata penghubung garis datar (-), untuk naskah kalimat tersusun.
h.      Sisipan (Insert) Sisipan (insert) berupa gambar, grafik, tabel, dan sebagainya ditempatkan pada bagian tengah halaman secara simetris, yaitu sisi kiri dan kanan jaraknya sama.


2.      Penomoran
Pemberian nomor pada karya ilmiah penempatannya harus benar. Penomoran ini biasanya ada dua, yaitu nomor halaman dan nomor tabel.
a. Nomor Halaman
1)      Pada bagian awal halaman karya ilmiah dari halaman judul sampai ke daftar pustaka, serta tabel, gambar dan lampiran menggunakan huruf Romawi, tetapi ditulis dengan ukuran kecil. Misalnya, i, ii, iii, iv, v, dan seterusnya.
2)      Bagian dalam atau halaman isi karya ilmiah, penomorannya menggunakan huruf latin biasa seperti 1, 2, 3 dan seterusnya. Penempatan nomor halaman terdapat beberapa bentuk, yaitu pada bagian kanan atas halaman, atau bagian kanan bawah tiap halaman, atau juga di tengah-tengah halaman bagian bawah. Untuk halaman isi yang ada judul bab, tidak perlu diberi nomor urut tetapi dilompati. Misalnya halaman 8, 9, dan 10. Pada halaman 9 ada judul bab. Maka penomorannya 8, kosong dan 10.
b.      Nomor Tabel dan Gambar Semua tabel dan persamaan yang digunakan pada karya tulis ilmiah harus diberi nomor urut dengan angka biasa. Penempatan nomor pada sisi kanan atas tiap tabel, gambar atau persamaan.
4. Tabel dan Gambar
a. Tabel (daftar)
1)      Nomor tabel Nomor tabel atau daftar seluruhnya ditulis dengan huruf besar (capital), penempatannya di atas tabel. Nama tabel yang terdiri dari lebih satu baris, digunakan spasi tunggal. Penempatannya di tengah-tengah halaman naskah. Nomor tabel ditempatkan pada sudut kanan atas di luar tabel tanpa diakhiri dengan titik.
2)      Kolom tabel Kolom-kolom dalam tabel diberi nama dan dijaga simetrisnya agar pemisahan masalah satu dengan masalah lainnya dapat jelas. Untuk itu, pemisahan masalah dalam kolom-kolom perlu diberi garis horizontal atau vertikal.
3)      Tabel besar Tabel besar yang ukurannya melebihi satu halaman, dapat dibuat dalam halaman ganda (double page), tetapi penempatannya tetap sesuai dengan nomor halaman. Tidak dibenarkan memisah tabel besar menjadi beberapa halaman.
4)      Judul kolom tabel Judul kolom pada tabel harus tepat di tengah, sehingga ruang yang kosong dalam tabel dapat memberi pandangan yang lebih luas lagi.
5)      Sumber tabel Sumber tabel yang terdiri dari tulisan sumber serta nara sumber, diberi tempat di bawah tabel berjarak sekitar 2 spasi.
b. Gambar
1)      Nomor gambar yang diikuti dengan judul ditempatkan secara simetris di atas gambar. Kata-kata dalam judul gambar tidak perlu diberi titik.
2)      Penempatan gambar tidak boleh dipenggal, tetapi bisa dilipat dan di tempat dan sesuai dengan nomor urut halaman ini.
3)      3) Keterangan gambar dituliskan di tempat yang kelihatan kosong di dalam gambar.
5. Kutipan, Footnote, dan Backnote
a. Kutipan
1)      Menulis kutipan harus sama dengan aslinya, baik tentang susunan kalimat, ejaan atau tanda bacanya. Jika kalimat yang dikutip itu tidak menggunakan huruf latin, misalnya huruf Arab, Kanji, Jawa dan sebagainya, terlebih dulu harus diganti dengan huruf latin.
2)      Kutipan yang menggunakan bahasa selain Bahasa Inggris harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu. Terjemahan itu ditempatkan di bawha kalimat kutipan berjarak 2 spasi, dengan cara penulisan yang sama dengan cara penulisan kutipan.
3)      Kutipan yang panjangnya kurang dari 5 baris, dimasukkan dalam teks biasa berspasi 2, ditambah tanda petik pada awal dan akhir kalimat kutipan. Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih diketik berspasi 1 dengan mengosongkan 4 karakter dari kiri dengan jarak 1 spasi.
4)      Bilamana dalam kutipan perlu menghilangkan beberapa bagian dari kalimat, maka pada bagian itu diberi titik 3 buah. Misalnya: "… keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah, sepenuhnya terletak pada kemampuan SDM pada masing-masing daerah…" Undang-undang nomor 22 tahun 1999 menyebutkan, dst.
5)      Apabila kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada akhir kalimat, maka jumlah titik di awal kalimat menjadi 4. Misalnya: "….dengan otonomi daerah, pemerintah daerah tingkat II dcapat dengan leluasa mengelola kekayaan daerahnya masing-masing".
6)      Jika yang dihilangkan itu satu kalimat atau lebih dalam kutipan tersebut, maka diketik titik-titik sepanjang satu baris. Contoh: "Demokrasi yang dituntut oleh gerakan reformasi, ternyata … yang sangat membingungkan".
7)      Panjang kutipan dibatasi jangan sampai melebihi setengah halaman isi buku karya ilmiah.

b. Footnote
Catatan kaki atau footnote dalam halaman karya tulis, bertujuan untuk menyatakan sumber dari kutipan tersebut, yang berisi pendapat, buah pikiran, fakta-fakta atau statement yang bersumber dari tulisan orang lain. Bisa juga footnote itu berisi komentar tentang sesuatu hal, asalkan komentar tersebut dikemukakan dalam teks.
1)      Catatan kaki atau footnote diberi nomor. Bila dalam satu halaman terdapat lebih dari satu footnote, penulisannya diberi jarak 1 spasi.
2)      Catatan kaki ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan tersebut.
3)      Jarak catatan kaki atau footnote dengan kalimat pada teks terakhir pada halaman naskah, adalah 4 spasi dan diberi garis pemisah kurang lebih 3 cm, dari tepi kiri naskah ke tengah-tengah antara teks dengan footnote.
4)      Catatan kaki dapat diambil dari sumber-sumber seperti: buku, majalah, surat kabar, dan karangan yang tidak diterbitkan, seperti thesis, disertasi atau ensiklopedi.
5)      Nomor catatan kaki dapat diangkat sedikit ke atas dari ban footnote, tetapi jangan sampai mencapai satu spasi. Nomor tersebut jaraknya 6 karakter ketika dari garis tepi sebelah kiri. Jika footnote lebih dari baris, maka baris kedua diketik pada garis tepi dari teks dengan jarak satu spasi. Contoh :
a)      Imawan, Riswandha, Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya 1997.
b)      Me Quail, Dennis, Mass Communication Theories an Introduction, London Sage Publication, 1994.
6)      Apabila catatan kaki terdiri dari kumpulan tulisan yang berasal dari suatu buku, penulisan footnotenya sebagai berikut: Siregar, Ashadi, Analisis atas perspektif genderisme atas majalah wanita di Indonesia, Lembaga Penelitian UGM, Jogyakarta, 1992. Bejana Wanita, Panitia Dialog Perempuan dalam Iklan Kalyanamitra, Jakarta, 1996.
7)       Jika footnote mengambil dari buku-buku terjemahan, maka disebutkan nama penulis buku, bukan yang menerjemahkannya. Misalnya : Douglas A. Boyd, Critical Studies in Mass Communication, terjemahan Sumarsono, BP3U Surabaya, 2000.
8)      Dalam footnote penulisan nama pengarang dilakukan menurut urutan nama yang sewajarnya, sesuai dengan yang tertulis pada buku yang diacu. Pangkat atau gelar seperti Prof. Dr. Mr. dan sebagainya tidak disebutkan.
9)      Keterangan atau penjelasan tentang penerbit, harus disusun secara urut seperti nama, tempat, tahun penerbitan, nomor halaman dan sebagainya.
10)  Bila buku tersebut dicetak berulang kali, maka harus ditunjukkan "Cetakan ke…" di belakang judul buku yang dirujuk, dengan diberi garis bawah. Antara judul dengan keterangan tentang cetakan dapat diberi pemisah dengan tanda koma. Contoh: Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, fifth edition, Wardaworth Publishing Company, USA, 1996.
11)  Jika yang dijadikan footnote adalah majalah, penulisannya sebagai berikut: Gunawan Muhammad, Pembreidelan itu, Buku Putih Tempo, Jakarta, 1996.
12)  Apabila footnote berasal dari buku-buku yang berjilid, keterangan tentang jilid itu harus diletakkan sebelum nama penerbit. Contoh: Astrid S., Susanto, teori Komunikasi dan Praktek Jilid I, Cipta, Bandung, 1977.
13)  Apabila yang dirujuk untuk catatan kaki tersebut berasal dari tulisan surat kabar, maka cara menulisnya sebagai berikut: 'Surabaya Post", 24 Mei, 1997.
14)  Menulis footnote tidak perlu ditulis selengkap-lengkapnya. Jika suatu sumber sudah pernah dituliskan sebelumnya dengan lengkap, maka footnote tersebut dapat dipersingkat dengan menggunakan singkatan. Misalnya ibid, op. cit atau Loc.cit.
Ibid adalah kependekan dari ibidem artinya pada tempat yang sama. Ibidem dipakai jika suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya.
Op.cit., merupakan kependekan dari opere citato" artinya dalam karangan sudah pernah disebut sebelumnya. Op. cit digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku yang telah dituliskan sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain, serta sudah diselingi dengan sumber-sumber lain. Loc.cit, adalah kependekan dari Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah disebutkan. Kegunaan loc.cit adalah untuk menunjuk pada halaman yang sama dari sumber-sumber yang sudah dituliskan sebelumnya. Contoh penggunaan ibid, op.cit dan loc.cit: Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1984, hal: 197. Ibid. hal 29 (berarti sama dengan buku yang disebut sebelumnya)



A.    TEKNIK PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang perlu diperhatikan adalah tehnik-tehnik penggunaan bahasa, tatacara penulisan, pengetikan format laporan, penulisan judul, penyajian gambar dan tabel, pencantuman kutipan, pembuatan catatan kaki, penataan daftar kepustakaan, penyusunan nama pada daftar kepustakaan, perbedaan penulisan catatan kaki dan daftar kepustakaan.
1.      Penggunaan Bahasa Bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran menjadi kalimat yang benar dan baik dalam karya tulis ilmiah di tanah air ini adalah bahasa Indonesia. Karena itu perlu memahami kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia. Mesti dicermati sebuah kalimat dalam tulisan sehingga memberi pengertian yang utuh, kait mengait dengan kalimat lain sampai membentuk paragraf. Paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat, merupakan satuan terkecil dari sebuah karangan. Membangun satuan pikiran sebagai bahagian dari keseluruhan pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya dalam bentuk bahagian demi bahagian atau bab demi bab. Penulis ilmiah yang baik adalah perangkai paragraf demi paragraf dengan baik dalam setiap bahagian atau bab.
Paragraf yang baik didahului penataan kalimat yang baik. Kalimat disusun dari deretan kata sesuai aturan dan kaedah bahasa. Selain kalimat memiliki pokok bahasan, yang disebut sebagai pokok kalimat (subjek), bahagian kalimat lainnya memberikan pokok bahasan yang dinamai sebutan (predikat). Pada karangan ilmiah harus digunakan kalimat yang lengkap. Setidak-tidaknya memiliki kedua unsur kalimat tersebut.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disem-purnakan berdasarkan Kepmen P dan K Nomor 0543/a/U/1997, menjadi pedoman yang sebaiknya digunakan dalam penulisan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia sepanjang masih berlaku. Pedoman tersebut secara rinci menjelaskan tata cara pemenggalan kata, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, ejaan dan peristilahan. Setidak-tidaknya pedoman tersebut dipunyai dan selalu dipakai oleh seseorang dalam penulisan karya ilmiah yang disajikan dalam bahasa Indonesia.

2.      Tata Cara Penulisan Penilaian karya tulisan ilmiah, disamping memperhatikan isi materi yang disajikan, juga pada tampilan atau wujud fisik karya tulis tersebut. Tampilan fisik tersebut meliputi format, kerapian dan kesesuaian penyajian dengan aturan penulisan ilmiah yang berlaku. Ada beberapa variasi dalam wujud fisik penyajian karya tulis ilmiah. Namun pada prinsipnya satu sama lain tidak jauh berbeda, yang penting dipegangnya prinsip konsistensi terhadap aturan yang dipakai.

3.      Pengertian Format Laporan Umumnya laporan penelitian karya tulis ilmiah, ditulis di atas kertas warna putih jenis HVS 80 gram atau 70 gram, ukuran lebar 21,5 cm x panjang 28 cm (sering disebut ukuran kertas kuarto). Pengetikan dengan jenis huruf tertentu (umumnya jenis Pica) yang dilakukan hanya pada satu sisi kertas, tidak timbal balik. Pada bagian pengantar tulisan, yang terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak, diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil (i, ii, iii, ….. dst). Selanjutnya mulai dari pendahuluan (Bahagian Pertama atau Bab I) sampai halaman terakhir dengan angka Arab (1, 2, 3, … dst). Nomor halaman dituliskan di tengah atau di sudut kanan atas halaman. Pada halaman yang mempunyai judul bab dimana judul bab nya dimulai dengan halaman tersendiri berpisah dari uraian bab sebelumnya, nomor halaman diletakkan pada bagian bawah halaman baik di tengah maupun di kanan. Bagi nomor yang diketik di tengah halaman di luar teks, jarak dari atas atau bawah halaman adalah 1,5 cm. Bagi nomor halaman yang diletakkan di kanan atas atau kanan bawah marjin teks, nomor diletakkan lurus dengan batas ketikan tepi kanan 1,5 cm. Batas-batas pengetikan pada kertas ialah: Dari tepi kiri 4 cm; dari tepi kanan 3 cm; dari batas atas 4 cm; sedangkan dari tepi bawah 3 cm. Jarak antara baris teks adalah 1,5 spasi atau 2 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul daftar tabel, daftar gambar, dan daftar kepustakaan menggunakan 1 spasi.

4.      Penulisan Judul Terdapat keragaman dalam tata cara penulisan judul. Hal terbaik yang dapat dilakukan penulis adalah penyesuaian dengan pedoman penulisan yang telah ditetapkan oleh instansi pemberi tugas (bila ada). Bila tidak pedoman ini dapat dipakai sebagai pegangan. Judul bab ditulis dengan huruf besar (kapital), ditebalkan dan diatur sedemikian rupa hingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Judul antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, garis bawah, dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Semua kata pada kalimat Judul Sub Bab dimulai dengan huruf kapital (huruf besar), kecuali kata penghubung dan kata depan dan semuanya diberi garis bawah (dengan menggunakan komputer, pemakaian garis bawah digantikan dengan penebalan huruf pada pengetikan). Kalimat sub judul tidak diakhiri tanda titik. Terdapat dua pendapat dalam penempatan sub judul, yakni dituliskan simetris di tengah halaman atau dituliskan rata kiri setelah nomor urut sub judul.
Judul sub-sub bab diketik rata kiri setelah nomor sub judul. Kalimat dimulai huruf besar (hanya huruf awal kalimat saja yang lainnya huruf kecil), diberi garis bawah atau ditebalkan, serta diakhiri dengan titik. Kalimat pertama setelah judul, sub judul, maupun sub-sub judul dimulai dengan alinea baru.

5.      Penyajian Gambar dan Tabel Tulisan ilmiah umumnya dilengkapi dengan gambar, tabel, rumus-rumus atau persamaan-persamaan yang diletakkan simetris terhadap tepi kiri dan kanan kertas. Setiap tabel dan gambar harus diberi nomor urut bab judul. Nomor urut menggunakan angka dua Arab yang dipisahkan oleh tanda titik-titik. Angka pertama menunjukkan pada bab berapa tabel dan gambar itu berada. Sedangkan angka kedua menunjukkan pada nomor urut atau gambar tersebut di bab yang bersangkutan. Misalnya: Gambar 2.1 artinya gambar pertama pada bab 2; Tabel 3.4 artinya tabel keempat ada di bab 3. Nomor persamaan yang berbentuk matematis, ditulis dengan angka Arab di dalam kurung dan diletakkan di batas tepi kanan. Judul tabel ditulis setelah nomor tabel dengan huruf kecil dan ditempatkan simetris di atas tabel tanpa diakhiri dengan titik. Garis atas tabel dibuat rangkap atau tebal, sedangkan garis bawah hanya satu. Jika tabel itu mempunyai catatan (misalnya menyatakan sumber acuan menjelaskan singkatan yang tidak umum) dituliskan di bawah tabel, rata kiri. Untuk menghindari kekeliruan catatan tabel ditandai dengan bintang, asterik, atau huruf. Hanya catatan untuk judul tabel ditempatkan di tepi bawah halaman. Usahakan tabel jangan dipenggal. Bila hal itu terjadi, lanjutan tabel yang diletakkan pada halaman berikutnya, nomor tabel dan kata "lanjutan" atau "bersambung" ke halaman berikutnya dituliskan. Di halaman tempat sambu-ngan itu dituliskan sambungan tabel sebelumnya (Contoh: Tabel 3.2 lanjutan). Tabel terdiri kolom-kolom yang harus diberi nama dan pembatas yang tegas. Kalau jajaran kolom lebih panjang dari lebar kertas, maka bahagian atas tabel sebaiknya diletakkan di sebelah kiri kertas. Sedangkan tabel yang sangat lebar dan panjang harus dilipat sehingga seyogyanya diletakkan dalam lampiran. Laporan penelitian juga sering dilengkapi dengan sajian gambar: Grafik, peta, foto, daftar alir, skedul dll. Penempatan gambar-gambar diusahakan sedekat mungkin dengan uraian dalam teks yang berkaitan dengan gambar tersebut. Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau pada halaman sesudah uraian teksnya dan jangan sebaliknya. Setiap gambar harus mempunyai nomor gambar dan diikuti dengan judul gambar yang dibuat sedemikian rupa sehingga simetris terhadap gambar dan diletakkan di bawah gambar (Ingatlah: Nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan nomor dan judul gambar diletakkan di bawah gambar). Keterangan gambar sebaiknya diletakkan di tempat yang lowong di dalam gambar. Gambar yang bentuknya memanjang sepanjang kertas, bagian atas gambar ditempatkan di sebelah kiri kertas.

6.      Pencantuman Kutipan Dalam penulisan karya ilmiah seringkali diperguna-kan kutipan-kutipan untuk memperjelas dan menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang dituliskan. Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari orang lain. Cukup banyak hal-hal penting dan yang sudah ditulis dalam buku-buku. Penulis dapat mengutip pendapat tersebut, dengan syarat harus menyebutkan dari mana dan dimana pendapat itu diambil. Terdapat dua macam kutipan yaitu kutipan lengkap dan kutipan isi. Kutipan lengkap artinya, teks asli dikutip secara lengkap kata dan kalimatnya. Sedangkan pada kutipan isi, hanya intisari pendapat yang dikutip. Kutipan lengkap harus ditulis dengan tanda kutip. Kutipan yang terlalu panjang, hendaknya diambil yang benar-benar perlu saja. Kutipan lengkap yang panjangnya tidak lebih dari empat baris dapat langsung dimasukkan dalam teks dengan diapit oleh tanda kutip. Sedangkan untuk kutipan isi, tidak perlu diberi tanda kutip. Pada akhir kutipan diberi nomor untuk penunjukan (hal ini dilakukan bila penjelasan kutipan menggunakan catatan kaki seperti terurai di bawah). Terdapat cara penunjukan kutipan yang lain, yakni yang dikenal dengan cara Harvard. Menggunakan cara ini, pada akhir atau awal kutipan dituliskan nama pengarang dan tahun terbitan serta halaman buku acuan. Seringkali nomor yang dikutip juga dituliskan. Berikut disajikan beberapa contoh: Suhardjono dam Mukidam (1993) menyatakan bahwa "…….."; Dan Julius, 1992 (dalam Amiuza, 1991:12) menulis "………." (Mismail, 1984: 119).

7.      Pembuatan Catatan Kaki Catatan kaki (footnotes) merupakan penjelasan keterangan isi dalam teks karangan yang ditempatkan di kaki halaman. Tujuan penjelasan itu dapat berupa
a.       sumber asal kutipan (bila cara ini dipakai);
b.      keterangan tambahan lain yang perlu tentang isi keterangan;
c.       merujuk bagian lain dari teks.
Catatan kaki dimaksudkan untuk memberikan informasi sumber asal kutipan harus mengungkapkan
a.       Nama atau nama-nama penulis sebagai sumber (perhatikan cara penulisan nama yang berbeda dengan cara penulisan nama pada daftar kepustakaan);
b.      Judul buku/makalah tulisan sumber;
c.       Penerbit;
d.      Kota dan tahun terbit, nama penerbit berbeda dengan daftar kepustakaan yang harus menyebut nama penerbit;
e.       Halaman letak kutipan pada buku sumber.

Aturan penulisan catatan kaki ini berbeda dengan penulisan daftar pustaka yang tidak mencantumkan halaman. Pembatas antara masing-masing informasi menggunakan tanda koma dan tanda kurung (bedakan dengan daftar pustaka yang menandai tanda titik). Sumber kutipan dapat diperoleh dari buku, majalah, surat kabar, wawancara peraturan, atau mengutip dari kutipan.
Penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut:
1)      Harus diberikan nomor penunjukan terhadap teks yang dijelaskan
2)      Diletakkan di bawah garis (sepanjang 15 ketikan) yang berada 3 spasi di bawah teks bagian bawah;
3)      Masuk 5-7 ketikan dari sembir kiri;
4)      Menggunakan 1 spasi;
5)      Jarak antara dua catatan kaki, sebanyak 2 spasi. Catatan kaki umumnya disingkat dengan kata singkatan bahasa latin, seperti: ibid, op. cit, dan loc. cit. Ibid (singkatan dari ibidem) artinya pada tempat yang sama dan halaman yang berbeda serta belum diantarai sumber lain. Singkatan ini dipakai bila catatan kaki yang berikut menunjuk kepada sumber yang telah disebut pada catatan kaki sebelumnya. Op. cit (singkatan dari opera citato) berarti pada karya yang telah dikutip dan halamannya berbeda, dipakai bila catatan itu menunjuk pada sumber yang telah lebih dahulu, tetapi telah diselingi oleh catatan kaki yang lain. Sedangkan Loc. cit (dari loco citato) artinya pada tempat yang telah dikutip di halaman yang sama dan telah diantarai atau tidak diantarai oleh sumber lain. Pedoman penyajian catatan kaki seringkali berbeda dari satu kepustakaan dengan kepustakaan yang lain. Sangat bijaksana untuk mengikuti pedoman dari pemberi tugas (bila ada). Bila tidak ada yang penting adalah ketaat-asasan (konsistensi) dalam tata cara penulisan. Artinya dalam satu karangan gunakan satu pedoman tata cara penulisan tertentu atau penggabungan yang dapat dipertanggung jawabkan secara aturan dan etika ilmu pengetahuan.

8.      Penulisan Daftar Kepustakaan Daftar kepustakaan (bibliography) harus dapat memberikan informasi secara lengkap mengenai nama penulis, judul kepustakaan, keterangan penerbit dan waktu penerbitan. Dalam menuliskannya terdapat beberapa cara yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Secara umum cara penulisan daftar kepustakaan adalah sebagai berikut:
a.       Jarak penulisan dalam satu sumber daftar kepustakaan dibuat satu spasi, sedangkan antara satu sumber kepustakaan dengan yang lainnya diberi jarak dua spasi;
b.      Huruf pertama rapat sembir kiri, sedang baris berikutnya mundur 5 ketukan dari sembir kiri sehingga ketukan pertama huruf adalah pada ketukan ke-6;
c.       Nama penulis disusun menurut abjad awal nama dan umumnya tidak perlu memberikan nomor urut; Informasi disajikan sesuai urutan abjad awal nama pengarang, judul kepustakaan, keterangan penerbitan, tempat terbitnya dan waktu terbitan. Antar informasi itu dipisahkan dengan tanda titik.

9.      Penyusunan Nama pada Daftar Kepustakaan Penyusunan nama pada daftar kepustakaan, seringkali membingungkan. Bila suatu kepustakaan mempunyai dua nama pengarang hendaknya diperhatikan cara penulisan nama pengarang pertama (nama keluarga dituliskan di belakang). Penulisan nama di daftar kepustakaan tidak perlu dituliskan gelar kesarjanaan atau pangkatnya. Untuk nama Indonesia yang hanya terdiri dari satu unsur, dituliskan sebagaimana adanya (misalnya: Suhardjono). Namun banyak nama yang terdiri dari dua unsur atau lebih. Untuk nama yang diikuti dengan nama ayah (Budiono Ismail), nama keluarga (Mohammad Farid Baradja), atau marga (Muchtar Lubis), maka nama ayah, nama keluarga, nama marga dituliskan terlebih dahulu dan disusul dengan unsur nama berikutnya setelah tanda koma. Saat ini makin sering juga dijumpai nama Indonesia yang terdiri dari dua unsur atau lebih yang bukan merupakan gabungan nama ayah, keluarga atau marga, misalnya: Riyanto Hariwibowo, Dwi Anita Rukmanasari, Sri Mulyani. Menuliskannya dilakukan dengan unsur nama terakhir diletakkan di depan, jadi dituliskan sebagai berikut: Hariwibowo, Riyanto; Rukmanasari, Dwi Anita; Mulyani, Sri. Bila nama diikuti dengan gelar (Raden Udiyanto, Andi Adam) atau nama panggilan (Like Wilardjo) maka nama diri dituliskan terlebih dahulu dari gelarnya atau penggilan-nya (Udiyanto, Raden; Adam, Andi; Wilardjo, Like). Namun bila nama tersebut merupakan gabungan dari gelar, nama dan nama keluarga (Andi Hakim Nasution), maka penulisan nama keluarga dilakukan terlebih dahulu (Nasution, Andi Hakim). Penulisan nama Bali (I Gusti Ngurah Adipa), dimulai dengan nama diri dan baru disusul unsur nama yang lain (Adipa, I Gusti Ngurah). Namun bila masih ada nama keluarga di belakangnya (I Wayan Wija Pagehgiri) dituliskan dengan menempatkan nama keluarga di depan (Pagehgiri, I Wayan Wija). Bila kepustakaan yang dirujuk tidak menunjukkan nama penulisnya, dituliskan sebagai pengganti nama kata "anonim". Secara umum, cara penulisan informasi tentang judul kepustakaan, keterangan penerbit, dan waktu penerbitan sama dengan aturan pada penulisan catatan kaki. Baik pada catatan kaki maupun daftar kepustakaan, nama judul sumber digarisbawahi atau dimiringkan.

10.  Perbedaan Penulisan Catatan Kaki dan Daftar Kepustakaan
a.       Pada catatan kaki nama diri ditulis terlebih dahulu (Contoh: Budiono Mismail; J.E. Wert; Bambang Handoyo; dan Stephen Kakisina). Sedangkan pada daftar pustaka, nama keluarga, marga, ayah, ditulis terlebih dahulu (Contoh: Mismail, Budiono; Wert. J.E.; Handoyo, Bambang dan Kakisina, Stephen);


b.      Pada catatan kaki antar informasi dipisahkan oleh tanda koma (contoh: Sri Harto, Hidrologi Terapan, Badan Penerbit UGM, Yogyakarta, 1983, hal. 423). Sedangkan pada daftar kepustakaan dipisahkan oleh tanda titik (contoh: Harto, Sri. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Badan Penerbit UGM, 1983).
c.       Pada daftar kepustakaan perlu mencantumkan nama penerbitnya, misalnya: Gramedia; Mc. Graw Hill Company; Badan Penerbit UGM; dll. Sedangkan pada catatan kaki tidak terlalu diperlukan dan kalau dicantumkan juga tidak salah.
d.      Pada daftar pustaka tidak perlu menuliskan halaman tempat dimana kutipan pustaka tersebut diambil, sementara pada kutipan dalam teks atau pada catataan kaki itu perlu.
e.       Urutan penulisan daftar kepustakaan mempunyai beberapa variasi, misalnya ada yang menempatkan tahun terbitan setelah nama penerbit, dan beragam variasi lain. Untuk kita pedomani saja contoh yang telah ada pada buku ini. Demikianlah sejumlah tehnik penulisan karya tulis ilmiah untuk pegangan dasar dalam memulai pembuatan rancangan penelitian, pengembangan, evaluasi serta pelaporannya, pembuatan makalah, artikel, naskah media elektronik, pembuatan buku, modul, diktat, terjemahan, saduran, dll.





     B. PERSYARATAN ADMINISTRASI
Dalam rangka memenuhi keabsahan sebuah karya tulis atau karya ilmiah guru untuk kenaikan pengkat dan atau jabatan guru setingkat lebih tinggi, maka perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan administrasi sebagai berikut:
1.      Karya tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai hendaknya diberi judul yang dituangkan dalam halaman "judul"
2.      Karya tulis/karya ilmiah yang akan diajukan kepada tim penilai harus disyahkan terlebih dahulu oleh kepala sekolah/kepala madrasah tempat bersangkutan bertugas. Tanpa adanya lembar pengesahan tersebut karya tulis tidak diberi nilai.
3.      Karya tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai hendaknya telah mendapat rekomendasi dari pengelola perpustakaan sekolah yang menyatakan bahwa karya tersebut didokumentasikan di perpustakaan sekolah guru yang bersangkutan.
4.      Bila karya tulis ilmiah yang diajukan merupakan makalah atau bahan dalam kegiatan penataran, seminar, lokakarya dll, maka harus ada keterangan dari panitia pelaksana kegiatan tersebut.
5.      Dalam karya tulis/karya ilmiah hendaknya dibuatkan kata pengantar yang disusun oleh penulis, kata pengantar ini penting, agar tim penilai dapat melihat kapan penulis membuat karya ini.
6.      Karya tulis/ilmiah yang diajukan hendaknya dilengkapi dgn out line (daftar isi) yang agak rinci agar tim penilai mudah melakukan tugas penilaian.
7.      Dalam sebuah karya tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai, hendaknya dilengkapi dengan daftar kepustakaan/daftar bacaan. 


Terima Kasih sudah membaca!


BENTUK HUBUNGAN SOSIAL INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM MASYARAKAT

  Hubungan sosial merupakan fenomena sosial yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan sosial dalam masyarakat heterogen cend...