Selasa, 16 April 2019

PEMILU (Pemikiranlah yang di Ubah)


Tanggal 17 April besok, kita akan menghadapi PILPRES, empat bulan sebelum PILPRES berlansung sudah banyak beredar berita tentang kedua calon presiden RI, mulai muncul cerita masa lalu, mulai muncul kritikan pemerintahan, dan lain sebagainya.
Bertambah pula bumbu politik kita dengan berbagai macam fitnah dan unsur sara yang membawa-bawa agama sebagai tameng utamanya, mulai bermunculan ahli politik, ahli ekonomi dan ahli social yang mengometari banyak hal tentang negeri ini.
Dulu mungkin kita hanya bias membacanya di media cetak, menonton perdebatan itu di TV, atau kampanye akbar yang memperkenalkan partai-partai politiknya masing-masing, masih segar di ingatan saya bagaimana bendera merah, kuning dan hijau dulu berkibar dengan sangat  megahnya di kampong saya tercinta, dan bagaimana persaingan kampanye ketiga partai itu, tapi lucunya dulu tidak ada drama saling hujat salaing jatuh, bahkan saling bongkar aib masa lalu, semua berjalan dengan sangat mulus.
Tapi sekarang di tengah perkembangan zaman, ditengah teknologi canggih, yang serahusnya dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa hebat ini, justru memunculkan banyak polemik, pertikaian, permusuhan, saling hujat, saling bully, bahkan saling buka aib masing-masing. Yang menjadi miris lagi justru yang saling hujat itu bukan mereka yang sedang bersaing di bangku politiknya, namun mereka yang berada dibalik panggung.
Saya jadi ingat kata om Dedi, tentang apa sih yang bisa membuat bangsa besar ini akan bersatu, kalau hanya gara-gara agama kita berantem, hanya karena sepak bola kita bertikai bahkan menghilangkan nyawa manusia, hanya karena calon presiden yang berbeda saja kita saling menghujat, jadi apa yang membuat kita bersatu? Kimi Himi? So ya… secara tidak langsung om Dedi bilang kita hanya bisa bersatu oleh hal-hal bodoh. Miris.
Mendekati pemilu, saya merasa beranda media social saya semakin kotor, semakin banyak hujatan, semakin banyak fitnah, semakin banyak hoax dan semakin banyak kebohongan public. Saya merasa semakin jengah dengan media social Cuma gara-gara PILPRES.
Ini hanya sekedar opini kotor saya sebagai salah satu warga Negara Indonesia yang terganggu dengan aspek bodoh yang dihadirkan PILPRES, saya rindu kampanye bersahabat puluhan tahun silam, ketika dimana dua partai besar yang bersaing di kursi politik namun bisa berdampingan kempanye di tempat yang sama, kenapa itu tidak terjadi sekarang, saat debat president berlangsung, kenapa masing-masing paslon tidak berbicara apa yang akan mereka unggulkan saja, program masuk akal yang akan mereka berikan untuk Negara ini, program yang tidak hanya memanjakan rakyat Negeri ini, namun juga memberi peluang bagi mereka untuk bisa di edukasi secara baik, inovatif dan kreatif. Berdialog secara manusiawi tentang problem negeri yang sampai detik ini tidak terselesaikan “hutang” mungkin salah satunya, berdialog kenapa negeri ini sekarang seperti mengedepankan egonya masing-masing, berdialog kenapa pendidikan di negeri yang katanya mencetak jutaan orang pintar namun tingkat pendidikannya masih dibawah rata-rata, berdialog kenapa pemuda-pemudi negeri ini lebih anarki, berdialog tentang pembangunan yang belum terselesaikan. Bukan dengan saling menjatuhkan satu sama lainnya.
Lelah rasanya berbicara tentang politik apalagi sekarang politik sedang menyeret-nyeret agama sebagai sebuah pembenaran, menyeret-nyeret agama sebagai tameng politik, apa yang sedang kalian ajarkan kepada rakyatmu ini? Terus terang kami semakin bingung dan semakin jengah dengan kesemua yang terjadi.
Kami butuh solusi atas negeri ini, kami butuh kembali negeri yang damai dan tentram, kami butuh kembali negeri yang rakyatnya saling duduk berdampingan walaupun bukan berasal dari pilihan yang sama, kami butuh negeri yang rakyatnya bisa menumbangkan Negara lain ketika salah satu rakyatnya dijatuhkan oleh Negara asing. Kami butuh negeri yang bisa memberi rasa nyaman tanpa jengah.
Saya pribadi tidak berkeberatan siapa yang akan menjadi calon pemimpin negeri ini, mau dia yang memiliki pola pemikiran kekinian ataupun dia yang punya pola pikir orang lama, toh siapapun yang nantinya terpilih dia tetap akan memikirkan banyak hal tentang negeri ini, dan saya tetap akan berkutat dengan kehidupan saya sebagai seseorang yang sedang berjuang menaklukkan hidup saya sendiri, yang ketika saya jatuh, saya sendiri yang harus bangkit, ketika saya berhasil saya tetap harus celebrate untuk saya sendiri, etlis siapapun yang menang nantinya tidak akan banyak berpengaruh kehidup saya.
So ya, sebagai rakyat yang baik, saya tetap harus mendukung siapapun yang terpilih nantinya menjadi orang nomor satu negeri ini, saya tidak ingin menjadi orang bodoh yang kehilangan hak saya hanya karena harapan saya yang terlalu tinggi. Mereka yang terpilih tetap pada akhirnya punya pekerjaan rumah yang berat, yaitu bagaimana caranya supaya rakyatnya yang maha cinta ini tetap berjalan pada koridor kedamaian, mengingat rakyatnya kini sudah berada dibatas ambang perpecahan hanya karena pilihan yang berbeda.
Oh ya, disela saya menulis tulisan ini, saya juga tadi membaca beberapa artikel tentang bagaimana nanti Negara ini setelah salah satu dari kedua calon ini terpilih. Lucu.. tiba-tiba jadi banyak cenayang yang bisa memprediksi masa depan dan bagaimana nanti Negara ini berjalan, saya hanya ingin menyampaikan pendapat kecil saya saja, siapapun pemimpin Negara ini, jika kita sebagai rakyatnya masih memelihara pikiran kerdil dan sibuk menilai bagaimana orang lain tanpa memikirkan bagaimana kita, apa kontribusi kita, tentunya prediksi-prediksi cenayang dadakan itu benar adanya, karena sebenarnya mereka yang menjadi orang nomor satu negeri ini hanya mengemban amanat kita untuk menjadi orang terpercaya memimpin Negara ini, Negara ini nantinya akan menjadi apa dan akhirnya bagaimana itu kembali kepada kita, rakyatnya.
So… capekkan berbicara politik? Ya,,, capek! Dan semoga pilihan kita besok pagi akan membawa perubahan untuk kita, terutama perubahan pola pikir kita, masih ingetkan kata om Dedi bangsa ini tidak akan pernah berubah jika pola pikir kita masih katrok, yang harus diganti itu bukan presidentnya, tapi yang harus diganti itu adalah pola pikirnya. Terima kasih dan salam bahagia.

BENTUK HUBUNGAN SOSIAL INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM MASYARAKAT

  Hubungan sosial merupakan fenomena sosial yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan sosial dalam masyarakat heterogen cend...