Tanggal
17 April besok, kita akan menghadapi PILPRES, empat bulan sebelum PILPRES
berlansung sudah banyak beredar berita tentang kedua calon presiden RI, mulai
muncul cerita masa lalu, mulai muncul kritikan pemerintahan, dan lain
sebagainya.
Bertambah
pula bumbu politik kita dengan berbagai macam fitnah dan unsur sara yang
membawa-bawa agama sebagai tameng utamanya, mulai bermunculan ahli politik,
ahli ekonomi dan ahli social yang mengometari banyak hal tentang negeri ini.
Dulu
mungkin kita hanya bias membacanya di media cetak, menonton perdebatan itu di
TV, atau kampanye akbar yang memperkenalkan partai-partai politiknya
masing-masing, masih segar di ingatan saya bagaimana bendera merah, kuning dan
hijau dulu berkibar dengan sangat
megahnya di kampong saya tercinta, dan bagaimana persaingan kampanye
ketiga partai itu, tapi lucunya dulu tidak ada drama saling hujat salaing
jatuh, bahkan saling bongkar aib masa lalu, semua berjalan dengan sangat mulus.
Tapi
sekarang di tengah perkembangan zaman, ditengah teknologi canggih, yang
serahusnya dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa hebat ini, justru memunculkan
banyak polemik, pertikaian, permusuhan, saling hujat, saling bully, bahkan
saling buka aib masing-masing. Yang menjadi miris lagi justru yang saling hujat
itu bukan mereka yang sedang bersaing di bangku politiknya, namun mereka yang
berada dibalik panggung.
Saya
jadi ingat kata om Dedi, tentang apa sih yang bisa membuat bangsa besar ini
akan bersatu, kalau hanya gara-gara agama kita berantem, hanya karena sepak
bola kita bertikai bahkan menghilangkan nyawa manusia, hanya karena calon
presiden yang berbeda saja kita saling menghujat, jadi apa yang membuat kita
bersatu? Kimi Himi? So ya… secara tidak langsung om Dedi bilang kita hanya bisa
bersatu oleh hal-hal bodoh. Miris.
Mendekati
pemilu, saya merasa beranda media social saya semakin kotor, semakin banyak
hujatan, semakin banyak fitnah, semakin banyak hoax dan semakin banyak
kebohongan public. Saya merasa semakin jengah dengan media social Cuma
gara-gara PILPRES.
Ini
hanya sekedar opini kotor saya sebagai salah satu warga Negara Indonesia yang
terganggu dengan aspek bodoh yang dihadirkan PILPRES, saya rindu kampanye
bersahabat puluhan tahun silam, ketika dimana dua partai besar yang bersaing di
kursi politik namun bisa berdampingan kempanye di tempat yang sama, kenapa itu
tidak terjadi sekarang, saat debat president berlangsung, kenapa masing-masing
paslon tidak berbicara apa yang akan mereka unggulkan saja, program masuk akal yang
akan mereka berikan untuk Negara ini, program yang tidak hanya memanjakan
rakyat Negeri ini, namun juga memberi peluang bagi mereka untuk bisa di edukasi
secara baik, inovatif dan kreatif. Berdialog secara manusiawi tentang problem
negeri yang sampai detik ini tidak terselesaikan “hutang” mungkin salah
satunya, berdialog kenapa negeri ini sekarang seperti mengedepankan egonya
masing-masing, berdialog kenapa pendidikan di negeri yang katanya mencetak
jutaan orang pintar namun tingkat pendidikannya masih dibawah rata-rata,
berdialog kenapa pemuda-pemudi negeri ini lebih anarki, berdialog tentang
pembangunan yang belum terselesaikan. Bukan dengan saling menjatuhkan satu sama
lainnya.
Lelah
rasanya berbicara tentang politik apalagi sekarang politik sedang menyeret-nyeret
agama sebagai sebuah pembenaran, menyeret-nyeret agama sebagai tameng politik,
apa yang sedang kalian ajarkan kepada rakyatmu ini? Terus terang kami semakin
bingung dan semakin jengah dengan kesemua yang terjadi.
Kami
butuh solusi atas negeri ini, kami butuh kembali negeri yang damai dan tentram,
kami butuh kembali negeri yang rakyatnya saling duduk berdampingan walaupun
bukan berasal dari pilihan yang sama, kami butuh negeri yang rakyatnya bisa
menumbangkan Negara lain ketika salah satu rakyatnya dijatuhkan oleh Negara
asing. Kami butuh negeri yang bisa memberi rasa nyaman tanpa jengah.
Saya
pribadi tidak berkeberatan siapa yang akan menjadi calon pemimpin negeri ini,
mau dia yang memiliki pola pemikiran kekinian ataupun dia yang punya pola pikir
orang lama, toh siapapun yang nantinya terpilih dia tetap akan memikirkan
banyak hal tentang negeri ini, dan saya tetap akan berkutat dengan kehidupan
saya sebagai seseorang yang sedang berjuang menaklukkan hidup saya sendiri,
yang ketika saya jatuh, saya sendiri yang harus bangkit, ketika saya berhasil
saya tetap harus celebrate untuk saya sendiri, etlis siapapun yang menang
nantinya tidak akan banyak berpengaruh kehidup saya.
So
ya, sebagai rakyat yang baik, saya tetap harus mendukung siapapun yang terpilih
nantinya menjadi orang nomor satu negeri ini, saya tidak ingin menjadi orang
bodoh yang kehilangan hak saya hanya karena harapan saya yang terlalu tinggi.
Mereka yang terpilih tetap pada akhirnya punya pekerjaan rumah yang berat,
yaitu bagaimana caranya supaya rakyatnya yang maha cinta ini tetap berjalan
pada koridor kedamaian, mengingat rakyatnya kini sudah berada dibatas ambang
perpecahan hanya karena pilihan yang berbeda.
Oh
ya, disela saya menulis tulisan ini, saya juga tadi membaca beberapa artikel
tentang bagaimana nanti Negara ini setelah salah satu dari kedua calon ini
terpilih. Lucu.. tiba-tiba jadi banyak cenayang yang bisa memprediksi masa
depan dan bagaimana nanti Negara ini berjalan, saya hanya ingin menyampaikan
pendapat kecil saya saja, siapapun pemimpin Negara ini, jika kita sebagai
rakyatnya masih memelihara pikiran kerdil dan sibuk menilai bagaimana orang
lain tanpa memikirkan bagaimana kita, apa kontribusi kita, tentunya
prediksi-prediksi cenayang dadakan itu benar adanya, karena sebenarnya mereka
yang menjadi orang nomor satu negeri ini hanya mengemban amanat kita untuk
menjadi orang terpercaya memimpin Negara ini, Negara ini nantinya akan menjadi
apa dan akhirnya bagaimana itu kembali kepada kita, rakyatnya.
So…
capekkan berbicara politik? Ya,,, capek! Dan semoga pilihan kita besok pagi
akan membawa perubahan untuk kita, terutama perubahan pola pikir kita, masih
ingetkan kata om Dedi bangsa ini tidak akan pernah berubah jika pola pikir kita
masih katrok, yang harus diganti itu bukan presidentnya, tapi yang harus
diganti itu adalah pola pikirnya. Terima kasih dan salam bahagia.