Sabtu, 01 Juli 2017

BAHAGIA YANG TERTUNDA

Langkah kaki ini terasa gontai, semangatku ntah hilang kemana, aku terus berusaha melangkah dengan sisa-sisa tenaga, supaya aku bisa sampai dirumah dan segera merebahkan tubuh ringkih ini. 
Tuhan, apa kau sedang marah padaku? Sampai kau tegur aku dengan sangat dasyat seperti sekarang?  Kenapa kau tunjukkan aku hal yang tidak ingin ku lihat,  bahkan hal yang tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. 
Dia adalah laki-laki yang sudah sangat lama menjalani hari bersamaku,  dia adalah laki-laki yang selalu ku banggakan di depan orang tuaku, sekalipun orang tuaku selalu saja mengingatkan bahwasannya dia bukan yang terbaik untukku, dia adalah laki-laki yang selalu dieluh-eluhkan oleh sahabat-sahabatku karena kebaikannya, dia adalah belahan jiwa yang ku anggap sempurna untuk melengkapi hidupku. 
Tapi apa..  Hari ini kau memperlihatkan aku betapa laki-laki kebangganku itu tega mengkhianati kepercayaan ku,  kepercayaan orang tuaku yang dengan susah payahku bangun. 
Hari bahagia yang harusnya melambai di depanku,  kini pergi menjauh, dia menghilang bagai asap, dia tidak mau berjalan menuju ke arahku lagi, dia berpaling, bahkan tak sempat berpamitan. 
Apa salahku tuhan???  Ibadahku masih kurang??? Mungkin doaku terlalu manja??? Atau ada hati yang sakitnya belum sembuh karenaku???  Apa tuhan??  Apa salahku, sampai hal sesakit ini menimpa ku. 
Harusnya minggu ini undangan itu sudah ku sebar ke segala penjuru, tetangga sudah mulai berbisik-bisik, aku akan segera menikah. Ayah..  Ayah.. Yang sama yang kau panggil ayah, sudah banyak menerima bingkisan, ucapan selamat dari rekan dan kolega-koleganya, ketika mendengar putri semata wayangnya akan segera melepas lajang. 
Tapi.. Kau tega, menggores luka di hati ayah dan ibuku dengan pembatalan "berengsek" itu. 
Aku mungkin masih sanggup menerima luka yang kau buat, tapi ayah ibuku,  yang katanya sudah kau anggap sebagai ayah dan ibumu itu sulit menerima, mereka malu menampakkan muka pada tetangga, mereka malu menghadapi pertanyaan kenapa? Tapi hanya karena aku yang merana, mereka Pura-pura tegar. 
Kau senang melihat ini???  Kau bangga mendapatkan kenyataan pahitku??? 
Yah.. Aku bodoh..  Sangat-sangat bodoh, seharusnya ketika orang tuaku ragu, aku dengarkan apa katanya, bukan malah berjuang mendapatkan kepercayaan mereka untuk kesetiaan palsu mu. 
Bahagiaku telah berganti, bahagiaku telah kau curi, tapi tak ku biarkan kau mengambil semua itu dariku, tunggu aku dengan kebahagian yang tidak pernah kau kira. Itu janjiku.  -to be continue-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BENTUK HUBUNGAN SOSIAL INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM MASYARAKAT

  Hubungan sosial merupakan fenomena sosial yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan sosial dalam masyarakat heterogen cend...