Pada
penulisan artikel, naskah masih melalui proses pengeditan oleh redaktur surat
kabar atau majalah yang akan memuatnya. Tetapi pada penulisan karya ilmiah,
penulisnya sendiri yang bertindak sebagai editor. Karena itulah pemilihan jenis
huruf, spasi, baris, batas tepi, alinea baru, permulaan kalimat, judul, sub
judul, bilangan dan satuan harus ditata, sehingga mudah dibaca. Beberapa
ketentuan untuk pengetikan karya ilmiah adalah sebagai beriku:
1. Bahan dan
Ukuran
a. Bahan yang digunakan untuk
pengetikan karya ilmiah adalah kertas HVS 70 gram untuk isi, dan konstruk atau
buffalow untuk sampul (cover) berwarna hijau.
b. Ukuran kertas untuk pengetikan
ilmiah umumnya menggunakan kuarto atau letter (279,4 x 215,9) mm, digunakan
hanya untuk satu muka (tidak bolak-balik). Posisi kertas vertikal (tall),
kecuali untuk pengetikan tabel bisa digunakan secara horizontal (wide).
c. Jenis huruf (font), pada dunia
modern sekarang ini, penulisan karya ilmiah tidak lagi pantas menggunakan mesin
tik biasa (manual). Pengetikan harus memakai komputer, atau paling tidak
dicetak. Untuk pengetikan dengan komputer, huruf yang digunakan harus huruf
normal yang sering digunakan secara umum, yaitu time, time new normal atau
arial. Jangan menggunakan huruf-huruf aneh, yang pada akhirnya akan menyulitkan
pembaca.
2.
Cara Pengetikan
Pengetikan karya ilmiah punya cara tersendiri, antara
lain sebagai berikut:
a. Bilangan dan Satuan Pengetikan
bilangan dan satuan harus ditulis dengan angka, kecuali pada permukaan kalimat.
Misalnya, empat puluh juta rupiah dihabiskan untuk penelitian ini (permulaan
kalimat). Penelitian ini menghabiskan dana Rp. 40.000.000 (kalimat biasa).
Pengetikan bilangan desimal ditandai dengan koma (,) bukan titik (.). Misalnya,
16,50 kg beras. Pengetikan jumlah satuan dinyatakan dengan singkatan resmi yang
berlaku tanpa menambah titik di belakangnya. Misalnya : km, m, cm, 1, dan
sebagainya.
b. Spasi Baris Spasi atau jarak antara
dua baris dibuat dengan spasi ganda atau 2 spasi. Kecuali untuk kutipan
langsung yang melebihi 2 baris. Judul dan tabel yang melebihi 2 baris,
pengetikannya dengan spasi tunggal atau 1 spasi.
c. Batas Tepi Batas-batas pengetikan
diukur dari tepi kertas. Ukurannya sebagai berikut: batas atas (top) 40 mm,
bawah (bottom) 30 mm, sisi-sisi kiri (left) 40 mm, dan kanan (right) 30 mm.
d. Alinea Baru Penulisan alinea baru
pada karya tulis ilmiah diukur dari sisi kiri batas garis kertas dengan masuk
sampai 5 digit atau ketikan. Jadi huruf pertama tiap alinea baru adalah pada
ketikan ke-6 (enam).
e. Pengisian Ruangan Pada prinsipnya,
ruangan yang tersedia pada lembar kertas yang sudah diberi garis batas halaman,
yaitu bagian atas, bawah, kiri, dan kanan, harus diisi penuh dengan naskah
karya ilmiah. Jangan sampai ada ruangan yang kosong, kecuali untuk daftar tabel
atau gambar.
f. Judul, Subjudul, dan Anak Judul :
1) Judul karya ilmiah harus ditulis
dengan huruf besar (capital) semua, ukuran huruf dipilih dan diatur sedemikian
rupa, agar simetris dengan ukuran kertas yang digunakan. Pada akhir kalimat
judul tidak perlu diberi titik.
2) Subjudul. Penulisan subjudul
menggunakan huruf yang sama dengan judul, tetapi ukurannya lebih kecil.
Penempatan subjudul berada di bawah judul tanpa diberi garis. Sama seperti
judul pada akhir kalimat sub judul, tidak perlu diberi titik.
3) Anak judul. Anak judul pada umumnya
berada di bagian dalam (isi naskah). Penulisannya dimulai dari garis batas tepi
sisi kiri dan diberi garis bawah. Anak judul menggunakan huruf biasa bukan
huruf besar (capital), kecuali huruf pertama pada anak judul.
g. Perincian ke Bawah Pada penulisan
karya ilmiah, yang memiliki naskah kalimat yang harus disusun ke bawah gunakan
nomor urut memakai angka atau huruf. Misalnya 1, 2, 3 dan seterusnya, atau a,
b, c dan seterusnya. Jika masih ada urutan berikutnya bisa memakai 1.1, 1.2,
1.3 dan seterusnya. Atau a.a, a.b, a.c dan seterusnya. Jangan gunakan kata
penghubung garis datar (-), untuk naskah kalimat tersusun.
h. Sisipan (Insert) Sisipan (insert)
berupa gambar, grafik, tabel, dan sebagainya ditempatkan pada bagian tengah
halaman secara simetris, yaitu sisi kiri dan kanan jaraknya sama.
2.
Penomoran
Pemberian
nomor pada karya ilmiah penempatannya harus benar. Penomoran ini biasanya ada
dua, yaitu nomor halaman dan nomor tabel.
a. Nomor
Halaman
1) Pada bagian awal halaman karya
ilmiah dari halaman judul sampai ke daftar pustaka, serta tabel, gambar dan
lampiran menggunakan huruf Romawi, tetapi ditulis dengan ukuran kecil.
Misalnya, i, ii, iii, iv, v, dan seterusnya.
2) Bagian dalam atau halaman isi karya
ilmiah, penomorannya menggunakan huruf latin biasa seperti 1, 2, 3 dan
seterusnya. Penempatan nomor halaman terdapat beberapa bentuk, yaitu pada
bagian kanan atas halaman, atau bagian kanan bawah tiap halaman, atau juga di
tengah-tengah halaman bagian bawah. Untuk halaman isi yang ada judul bab, tidak
perlu diberi nomor urut tetapi dilompati. Misalnya halaman 8, 9, dan 10. Pada
halaman 9 ada judul bab. Maka penomorannya 8, kosong dan 10.
b. Nomor Tabel dan Gambar Semua tabel
dan persamaan yang digunakan pada karya tulis ilmiah harus diberi nomor urut
dengan angka biasa. Penempatan nomor pada sisi kanan atas tiap tabel, gambar
atau persamaan.
4. Tabel dan
Gambar
a. Tabel (daftar)
1) Nomor tabel Nomor tabel atau daftar
seluruhnya ditulis dengan huruf besar (capital), penempatannya di atas tabel.
Nama tabel yang terdiri dari lebih satu baris, digunakan spasi tunggal.
Penempatannya di tengah-tengah halaman naskah. Nomor tabel ditempatkan pada
sudut kanan atas di luar tabel tanpa diakhiri dengan titik.
2) Kolom tabel Kolom-kolom dalam tabel
diberi nama dan dijaga simetrisnya agar pemisahan masalah satu dengan masalah
lainnya dapat jelas. Untuk itu, pemisahan masalah dalam kolom-kolom perlu
diberi garis horizontal atau vertikal.
3) Tabel besar Tabel besar yang
ukurannya melebihi satu halaman, dapat dibuat dalam halaman ganda (double
page), tetapi penempatannya tetap sesuai dengan nomor halaman. Tidak dibenarkan
memisah tabel besar menjadi beberapa halaman.
4) Judul kolom tabel Judul kolom pada
tabel harus tepat di tengah, sehingga ruang yang kosong dalam tabel dapat
memberi pandangan yang lebih luas lagi.
5) Sumber tabel Sumber tabel yang
terdiri dari tulisan sumber serta nara sumber, diberi tempat di bawah tabel
berjarak sekitar 2 spasi.
b. Gambar
1) Nomor gambar yang diikuti dengan
judul ditempatkan secara simetris di atas gambar. Kata-kata dalam judul gambar
tidak perlu diberi titik.
2) Penempatan gambar tidak boleh
dipenggal, tetapi bisa dilipat dan di tempat dan sesuai dengan nomor urut
halaman ini.
3) 3) Keterangan gambar dituliskan di
tempat yang kelihatan kosong di dalam gambar.
5. Kutipan,
Footnote, dan Backnote
a. Kutipan
1) Menulis kutipan harus sama dengan
aslinya, baik tentang susunan kalimat, ejaan atau tanda bacanya. Jika kalimat
yang dikutip itu tidak menggunakan huruf latin, misalnya huruf Arab, Kanji,
Jawa dan sebagainya, terlebih dulu harus diganti dengan huruf latin.
2) Kutipan yang menggunakan bahasa
selain Bahasa Inggris harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terlebih
dahulu. Terjemahan itu ditempatkan di bawha kalimat kutipan berjarak 2 spasi,
dengan cara penulisan yang sama dengan cara penulisan kutipan.
3) Kutipan yang panjangnya kurang dari
5 baris, dimasukkan dalam teks biasa berspasi 2, ditambah tanda petik pada awal
dan akhir kalimat kutipan. Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih diketik
berspasi 1 dengan mengosongkan 4 karakter dari kiri dengan jarak 1 spasi.
4) Bilamana dalam kutipan perlu
menghilangkan beberapa bagian dari kalimat, maka pada bagian itu diberi titik 3
buah. Misalnya: "… keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah, sepenuhnya
terletak pada kemampuan SDM pada masing-masing daerah…" Undang-undang
nomor 22 tahun 1999 menyebutkan, dst.
5) Apabila kutipan yang dihilangkan itu
langsung sampai pada akhir kalimat, maka jumlah titik di awal kalimat menjadi
4. Misalnya: "….dengan otonomi daerah, pemerintah daerah tingkat II dcapat
dengan leluasa mengelola kekayaan daerahnya masing-masing".
6) Jika yang dihilangkan itu satu
kalimat atau lebih dalam kutipan tersebut, maka diketik titik-titik sepanjang
satu baris. Contoh: "Demokrasi yang dituntut oleh gerakan reformasi,
ternyata … yang sangat membingungkan".
7) Panjang kutipan dibatasi jangan
sampai melebihi setengah halaman isi buku karya ilmiah.
b. Footnote
Catatan kaki
atau footnote dalam halaman karya tulis, bertujuan untuk menyatakan sumber dari
kutipan tersebut, yang berisi pendapat, buah pikiran, fakta-fakta atau
statement yang bersumber dari tulisan orang lain. Bisa juga footnote itu berisi
komentar tentang sesuatu hal, asalkan komentar tersebut dikemukakan dalam teks.
1) Catatan kaki atau footnote diberi
nomor. Bila dalam satu halaman terdapat lebih dari satu footnote, penulisannya
diberi jarak 1 spasi.
2) Catatan kaki ditempatkan pada
halaman yang sama dengan kutipan tersebut.
3) Jarak catatan kaki atau footnote
dengan kalimat pada teks terakhir pada halaman naskah, adalah 4 spasi dan
diberi garis pemisah kurang lebih 3 cm, dari tepi kiri naskah ke tengah-tengah
antara teks dengan footnote.
4) Catatan kaki dapat diambil dari
sumber-sumber seperti: buku, majalah, surat kabar, dan karangan yang tidak
diterbitkan, seperti thesis, disertasi atau ensiklopedi.
5) Nomor catatan kaki dapat diangkat
sedikit ke atas dari ban footnote, tetapi jangan sampai mencapai satu spasi.
Nomor tersebut jaraknya 6 karakter ketika dari garis tepi sebelah kiri. Jika
footnote lebih dari baris, maka baris kedua diketik pada garis tepi dari teks
dengan jarak satu spasi. Contoh :
a) Imawan, Riswandha, Metodologi
Penelitian, Program Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya 1997.
b) Me Quail, Dennis, Mass Communication
Theories an Introduction, London Sage Publication, 1994.
6) Apabila catatan kaki terdiri dari
kumpulan tulisan yang berasal dari suatu buku, penulisan footnotenya sebagai
berikut: Siregar, Ashadi, Analisis atas perspektif genderisme atas majalah
wanita di Indonesia, Lembaga Penelitian UGM, Jogyakarta, 1992. Bejana Wanita,
Panitia Dialog Perempuan dalam Iklan Kalyanamitra, Jakarta, 1996.
7) Jika footnote mengambil dari buku-buku
terjemahan, maka disebutkan nama penulis buku, bukan yang menerjemahkannya.
Misalnya : Douglas A. Boyd, Critical Studies in Mass Communication, terjemahan
Sumarsono, BP3U Surabaya, 2000.
8) Dalam footnote penulisan nama
pengarang dilakukan menurut urutan nama yang sewajarnya, sesuai dengan yang
tertulis pada buku yang diacu. Pangkat atau gelar seperti Prof. Dr. Mr. dan
sebagainya tidak disebutkan.
9) Keterangan atau penjelasan tentang
penerbit, harus disusun secara urut seperti nama, tempat, tahun penerbitan,
nomor halaman dan sebagainya.
10) Bila buku tersebut dicetak berulang
kali, maka harus ditunjukkan "Cetakan ke…" di belakang judul buku
yang dirujuk, dengan diberi garis bawah. Antara judul dengan keterangan tentang
cetakan dapat diberi pemisah dengan tanda koma. Contoh: Littlejohn, Stephen W,
Theories of Human Communication, fifth edition, Wardaworth Publishing Company,
USA, 1996.
11) Jika yang dijadikan footnote adalah
majalah, penulisannya sebagai berikut: Gunawan Muhammad, Pembreidelan itu, Buku
Putih Tempo, Jakarta, 1996.
12) Apabila footnote berasal dari
buku-buku yang berjilid, keterangan tentang jilid itu harus diletakkan sebelum
nama penerbit. Contoh: Astrid S., Susanto, teori Komunikasi dan Praktek Jilid
I, Cipta, Bandung, 1977.
13) Apabila yang dirujuk untuk catatan
kaki tersebut berasal dari tulisan surat kabar, maka cara menulisnya sebagai
berikut: 'Surabaya Post", 24 Mei, 1997.
14) Menulis footnote tidak perlu ditulis
selengkap-lengkapnya. Jika suatu sumber sudah pernah dituliskan sebelumnya
dengan lengkap, maka footnote tersebut dapat dipersingkat dengan menggunakan
singkatan. Misalnya ibid, op. cit atau Loc.cit.
Ibid adalah kependekan dari ibidem artinya pada tempat yang sama. Ibidem dipakai jika suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya.
Op.cit., merupakan kependekan dari opere citato" artinya dalam karangan sudah pernah disebut sebelumnya. Op. cit digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku yang telah dituliskan sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain, serta sudah diselingi dengan sumber-sumber lain. Loc.cit, adalah kependekan dari Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah disebutkan. Kegunaan loc.cit adalah untuk menunjuk pada halaman yang sama dari sumber-sumber yang sudah dituliskan sebelumnya. Contoh penggunaan ibid, op.cit dan loc.cit: Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1984, hal: 197. Ibid. hal 29 (berarti sama dengan buku yang disebut sebelumnya)
Ibid adalah kependekan dari ibidem artinya pada tempat yang sama. Ibidem dipakai jika suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya.
Op.cit., merupakan kependekan dari opere citato" artinya dalam karangan sudah pernah disebut sebelumnya. Op. cit digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku yang telah dituliskan sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain, serta sudah diselingi dengan sumber-sumber lain. Loc.cit, adalah kependekan dari Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah disebutkan. Kegunaan loc.cit adalah untuk menunjuk pada halaman yang sama dari sumber-sumber yang sudah dituliskan sebelumnya. Contoh penggunaan ibid, op.cit dan loc.cit: Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1984, hal: 197. Ibid. hal 29 (berarti sama dengan buku yang disebut sebelumnya)
A. TEKNIK PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang
perlu diperhatikan adalah tehnik-tehnik penggunaan bahasa, tatacara penulisan,
pengetikan format laporan, penulisan judul, penyajian gambar dan tabel,
pencantuman kutipan, pembuatan catatan kaki, penataan daftar kepustakaan,
penyusunan nama pada daftar kepustakaan, perbedaan penulisan catatan kaki dan
daftar kepustakaan.
1. Penggunaan Bahasa Bahasa yang
digunakan untuk mengungkapkan pikiran menjadi kalimat yang benar dan baik dalam
karya tulis ilmiah di tanah air ini adalah bahasa Indonesia. Karena itu perlu
memahami kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia. Mesti dicermati sebuah kalimat
dalam tulisan sehingga memberi pengertian yang utuh, kait mengait dengan
kalimat lain sampai membentuk paragraf. Paragraf yang terdiri dari beberapa
kalimat, merupakan satuan terkecil dari sebuah karangan. Membangun satuan
pikiran sebagai bahagian dari keseluruhan pesan yang disampaikan oleh penulis
dalam karangannya dalam bentuk bahagian demi bahagian atau bab demi bab.
Penulis ilmiah yang baik adalah perangkai paragraf demi paragraf dengan baik
dalam setiap bahagian atau bab.
Paragraf yang baik didahului penataan kalimat yang baik. Kalimat disusun dari deretan kata sesuai aturan dan kaedah bahasa. Selain kalimat memiliki pokok bahasan, yang disebut sebagai pokok kalimat (subjek), bahagian kalimat lainnya memberikan pokok bahasan yang dinamai sebutan (predikat). Pada karangan ilmiah harus digunakan kalimat yang lengkap. Setidak-tidaknya memiliki kedua unsur kalimat tersebut.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disem-purnakan berdasarkan Kepmen P dan K Nomor 0543/a/U/1997, menjadi pedoman yang sebaiknya digunakan dalam penulisan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia sepanjang masih berlaku. Pedoman tersebut secara rinci menjelaskan tata cara pemenggalan kata, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, ejaan dan peristilahan. Setidak-tidaknya pedoman tersebut dipunyai dan selalu dipakai oleh seseorang dalam penulisan karya ilmiah yang disajikan dalam bahasa Indonesia.
Paragraf yang baik didahului penataan kalimat yang baik. Kalimat disusun dari deretan kata sesuai aturan dan kaedah bahasa. Selain kalimat memiliki pokok bahasan, yang disebut sebagai pokok kalimat (subjek), bahagian kalimat lainnya memberikan pokok bahasan yang dinamai sebutan (predikat). Pada karangan ilmiah harus digunakan kalimat yang lengkap. Setidak-tidaknya memiliki kedua unsur kalimat tersebut.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disem-purnakan berdasarkan Kepmen P dan K Nomor 0543/a/U/1997, menjadi pedoman yang sebaiknya digunakan dalam penulisan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia sepanjang masih berlaku. Pedoman tersebut secara rinci menjelaskan tata cara pemenggalan kata, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, ejaan dan peristilahan. Setidak-tidaknya pedoman tersebut dipunyai dan selalu dipakai oleh seseorang dalam penulisan karya ilmiah yang disajikan dalam bahasa Indonesia.
2. Tata Cara Penulisan Penilaian karya
tulisan ilmiah, disamping memperhatikan isi materi yang disajikan, juga pada
tampilan atau wujud fisik karya tulis tersebut. Tampilan fisik tersebut
meliputi format, kerapian dan kesesuaian penyajian dengan aturan penulisan
ilmiah yang berlaku. Ada beberapa variasi dalam wujud fisik penyajian karya
tulis ilmiah. Namun pada prinsipnya satu sama lain tidak jauh berbeda, yang
penting dipegangnya prinsip konsistensi terhadap aturan yang dipakai.
3. Pengertian Format Laporan Umumnya
laporan penelitian karya tulis ilmiah, ditulis di atas kertas warna putih jenis
HVS 80 gram atau 70 gram, ukuran lebar 21,5 cm x panjang 28 cm (sering disebut
ukuran kertas kuarto). Pengetikan dengan jenis huruf tertentu (umumnya jenis
Pica) yang dilakukan hanya pada satu sisi kertas, tidak timbal balik. Pada
bagian pengantar tulisan, yang terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar dan abstrak, diberi nomor halaman dengan angka Romawi
kecil (i, ii, iii, ….. dst). Selanjutnya mulai dari pendahuluan (Bahagian
Pertama atau Bab I) sampai halaman terakhir dengan angka Arab (1, 2, 3, … dst).
Nomor halaman dituliskan di tengah atau di sudut kanan atas halaman. Pada
halaman yang mempunyai judul bab dimana judul bab nya dimulai dengan halaman
tersendiri berpisah dari uraian bab sebelumnya, nomor halaman diletakkan pada
bagian bawah halaman baik di tengah maupun di kanan. Bagi nomor yang diketik di
tengah halaman di luar teks, jarak dari atas atau bawah halaman adalah 1,5 cm.
Bagi nomor halaman yang diletakkan di kanan atas atau kanan bawah marjin teks,
nomor diletakkan lurus dengan batas ketikan tepi kanan 1,5 cm. Batas-batas
pengetikan pada kertas ialah: Dari tepi kiri 4 cm; dari tepi kanan 3 cm; dari
batas atas 4 cm; sedangkan dari tepi bawah 3 cm. Jarak antara baris teks adalah
1,5 spasi atau 2 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul daftar tabel,
daftar gambar, dan daftar kepustakaan menggunakan 1 spasi.
4. Penulisan Judul Terdapat keragaman
dalam tata cara penulisan judul. Hal terbaik yang dapat dilakukan penulis
adalah penyesuaian dengan pedoman penulisan yang telah ditetapkan oleh instansi
pemberi tugas (bila ada). Bila tidak pedoman ini dapat dipakai sebagai
pegangan. Judul bab ditulis dengan huruf besar (kapital), ditebalkan dan diatur
sedemikian rupa hingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul
diletakkan di halaman baru. Judul antara judul dengan teks diberi jarak 4
spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, garis
bawah, dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Semua kata pada kalimat
Judul Sub Bab dimulai dengan huruf kapital (huruf besar), kecuali kata
penghubung dan kata depan dan semuanya diberi garis bawah (dengan menggunakan
komputer, pemakaian garis bawah digantikan dengan penebalan huruf pada
pengetikan). Kalimat sub judul tidak diakhiri tanda titik. Terdapat dua
pendapat dalam penempatan sub judul, yakni dituliskan simetris di tengah
halaman atau dituliskan rata kiri setelah nomor urut sub judul.
Judul sub-sub bab diketik rata kiri setelah nomor sub judul. Kalimat dimulai huruf besar (hanya huruf awal kalimat saja yang lainnya huruf kecil), diberi garis bawah atau ditebalkan, serta diakhiri dengan titik. Kalimat pertama setelah judul, sub judul, maupun sub-sub judul dimulai dengan alinea baru.
Judul sub-sub bab diketik rata kiri setelah nomor sub judul. Kalimat dimulai huruf besar (hanya huruf awal kalimat saja yang lainnya huruf kecil), diberi garis bawah atau ditebalkan, serta diakhiri dengan titik. Kalimat pertama setelah judul, sub judul, maupun sub-sub judul dimulai dengan alinea baru.
5. Penyajian Gambar dan Tabel Tulisan
ilmiah umumnya dilengkapi dengan gambar, tabel, rumus-rumus atau
persamaan-persamaan yang diletakkan simetris terhadap tepi kiri dan kanan
kertas. Setiap tabel dan gambar harus diberi nomor urut bab judul. Nomor urut
menggunakan angka dua Arab yang dipisahkan oleh tanda titik-titik. Angka
pertama menunjukkan pada bab berapa tabel dan gambar itu berada. Sedangkan
angka kedua menunjukkan pada nomor urut atau gambar tersebut di bab yang
bersangkutan. Misalnya: Gambar 2.1 artinya gambar pertama pada bab 2; Tabel 3.4
artinya tabel keempat ada di bab 3. Nomor persamaan yang berbentuk matematis,
ditulis dengan angka Arab di dalam kurung dan diletakkan di batas tepi kanan. Judul
tabel ditulis setelah nomor tabel dengan huruf kecil dan ditempatkan simetris
di atas tabel tanpa diakhiri dengan titik. Garis atas tabel dibuat rangkap atau
tebal, sedangkan garis bawah hanya satu. Jika tabel itu mempunyai catatan
(misalnya menyatakan sumber acuan menjelaskan singkatan yang tidak umum)
dituliskan di bawah tabel, rata kiri. Untuk menghindari kekeliruan catatan
tabel ditandai dengan bintang, asterik, atau huruf. Hanya catatan untuk judul
tabel ditempatkan di tepi bawah halaman. Usahakan tabel jangan dipenggal. Bila
hal itu terjadi, lanjutan tabel yang diletakkan pada halaman berikutnya, nomor
tabel dan kata "lanjutan" atau "bersambung" ke halaman
berikutnya dituliskan. Di halaman tempat sambu-ngan itu dituliskan sambungan
tabel sebelumnya (Contoh: Tabel 3.2 lanjutan). Tabel terdiri kolom-kolom yang harus
diberi nama dan pembatas yang tegas. Kalau jajaran kolom lebih panjang dari
lebar kertas, maka bahagian atas tabel sebaiknya diletakkan di sebelah kiri
kertas. Sedangkan tabel yang sangat lebar dan panjang harus dilipat sehingga
seyogyanya diletakkan dalam lampiran. Laporan penelitian juga sering dilengkapi
dengan sajian gambar: Grafik, peta, foto, daftar alir, skedul dll. Penempatan
gambar-gambar diusahakan sedekat mungkin dengan uraian dalam teks yang
berkaitan dengan gambar tersebut. Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau
pada halaman sesudah uraian teksnya dan jangan sebaliknya. Setiap gambar harus
mempunyai nomor gambar dan diikuti dengan judul gambar yang dibuat sedemikian
rupa sehingga simetris terhadap gambar dan diletakkan di bawah gambar
(Ingatlah: Nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan nomor dan
judul gambar diletakkan di bawah gambar). Keterangan gambar sebaiknya
diletakkan di tempat yang lowong di dalam gambar. Gambar yang bentuknya
memanjang sepanjang kertas, bagian atas gambar ditempatkan di sebelah kiri
kertas.
6. Pencantuman Kutipan Dalam penulisan
karya ilmiah seringkali diperguna-kan kutipan-kutipan untuk memperjelas dan
menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang dituliskan. Kutipan
merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari orang lain. Cukup banyak hal-hal
penting dan yang sudah ditulis dalam buku-buku. Penulis dapat mengutip pendapat
tersebut, dengan syarat harus menyebutkan dari mana dan dimana pendapat itu
diambil. Terdapat dua macam kutipan yaitu kutipan lengkap dan kutipan isi.
Kutipan lengkap artinya, teks asli dikutip secara lengkap kata dan kalimatnya.
Sedangkan pada kutipan isi, hanya intisari pendapat yang dikutip. Kutipan
lengkap harus ditulis dengan tanda kutip. Kutipan yang terlalu panjang,
hendaknya diambil yang benar-benar perlu saja. Kutipan lengkap yang panjangnya
tidak lebih dari empat baris dapat langsung dimasukkan dalam teks dengan diapit
oleh tanda kutip. Sedangkan untuk kutipan isi, tidak perlu diberi tanda kutip.
Pada akhir kutipan diberi nomor untuk penunjukan (hal ini dilakukan bila
penjelasan kutipan menggunakan catatan kaki seperti terurai di bawah). Terdapat
cara penunjukan kutipan yang lain, yakni yang dikenal dengan cara Harvard.
Menggunakan cara ini, pada akhir atau awal kutipan dituliskan nama pengarang
dan tahun terbitan serta halaman buku acuan. Seringkali nomor yang dikutip juga
dituliskan. Berikut disajikan beberapa contoh: Suhardjono dam Mukidam (1993)
menyatakan bahwa "…….."; Dan Julius, 1992 (dalam Amiuza, 1991:12)
menulis "………." (Mismail, 1984: 119).
7. Pembuatan Catatan Kaki Catatan kaki
(footnotes) merupakan penjelasan keterangan isi dalam teks karangan yang
ditempatkan di kaki halaman. Tujuan penjelasan itu dapat berupa
a. sumber asal kutipan (bila cara ini
dipakai);
b. keterangan tambahan lain yang perlu
tentang isi keterangan;
c. merujuk bagian lain dari teks.
Catatan kaki dimaksudkan untuk memberikan informasi
sumber asal kutipan harus mengungkapkan
a. Nama atau nama-nama penulis sebagai
sumber (perhatikan cara penulisan nama yang berbeda dengan cara penulisan nama
pada daftar kepustakaan);
b. Judul buku/makalah tulisan sumber;
c. Penerbit;
d. Kota dan tahun terbit, nama penerbit
berbeda dengan daftar kepustakaan yang harus menyebut nama penerbit;
e. Halaman letak kutipan pada buku
sumber.
Aturan penulisan catatan kaki ini
berbeda dengan penulisan daftar pustaka yang tidak mencantumkan halaman.
Pembatas antara masing-masing informasi menggunakan tanda koma dan tanda kurung
(bedakan dengan daftar pustaka yang menandai tanda titik). Sumber kutipan dapat
diperoleh dari buku, majalah, surat kabar, wawancara peraturan, atau mengutip
dari kutipan.
Penulisan catatan kaki adalah
sebagai berikut:
1) Harus diberikan nomor penunjukan terhadap
teks yang dijelaskan
2) Diletakkan di bawah garis (sepanjang
15 ketikan) yang berada 3 spasi di bawah teks bagian bawah;
3) Masuk 5-7 ketikan dari sembir kiri;
4) Menggunakan 1 spasi;
5) Jarak antara dua catatan kaki,
sebanyak 2 spasi. Catatan kaki umumnya disingkat dengan kata singkatan bahasa
latin, seperti: ibid, op. cit, dan loc. cit. Ibid (singkatan dari ibidem)
artinya pada tempat yang sama dan halaman yang berbeda serta belum diantarai
sumber lain. Singkatan ini dipakai bila catatan kaki yang berikut menunjuk
kepada sumber yang telah disebut pada catatan kaki sebelumnya. Op. cit
(singkatan dari opera citato) berarti pada karya yang telah dikutip dan
halamannya berbeda, dipakai bila catatan itu menunjuk pada sumber yang telah
lebih dahulu, tetapi telah diselingi oleh catatan kaki yang lain. Sedangkan
Loc. cit (dari loco citato) artinya pada tempat yang telah dikutip di halaman
yang sama dan telah diantarai atau tidak diantarai oleh sumber lain. Pedoman
penyajian catatan kaki seringkali berbeda dari satu kepustakaan dengan
kepustakaan yang lain. Sangat bijaksana untuk mengikuti pedoman dari pemberi
tugas (bila ada). Bila tidak ada yang penting adalah ketaat-asasan
(konsistensi) dalam tata cara penulisan. Artinya dalam satu karangan gunakan
satu pedoman tata cara penulisan tertentu atau penggabungan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara aturan dan etika ilmu pengetahuan.
8. Penulisan Daftar Kepustakaan Daftar
kepustakaan (bibliography) harus dapat memberikan informasi secara lengkap
mengenai nama penulis, judul kepustakaan, keterangan penerbit dan waktu
penerbitan. Dalam menuliskannya terdapat beberapa cara yang sedikit berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya. Secara umum cara penulisan daftar
kepustakaan adalah sebagai berikut:
a. Jarak penulisan dalam satu sumber
daftar kepustakaan dibuat satu spasi, sedangkan antara satu sumber kepustakaan
dengan yang lainnya diberi jarak dua spasi;
b. Huruf pertama rapat sembir kiri,
sedang baris berikutnya mundur 5 ketukan dari sembir kiri sehingga ketukan
pertama huruf adalah pada ketukan ke-6;
c. Nama penulis disusun menurut abjad
awal nama dan umumnya tidak perlu memberikan nomor urut; Informasi disajikan
sesuai urutan abjad awal nama pengarang, judul kepustakaan, keterangan
penerbitan, tempat terbitnya dan waktu terbitan. Antar informasi itu dipisahkan
dengan tanda titik.
9.
Penyusunan
Nama pada Daftar Kepustakaan Penyusunan nama pada daftar kepustakaan,
seringkali membingungkan. Bila suatu kepustakaan mempunyai dua nama pengarang
hendaknya diperhatikan cara penulisan nama pengarang pertama (nama keluarga
dituliskan di belakang). Penulisan nama di daftar kepustakaan tidak perlu
dituliskan gelar kesarjanaan atau pangkatnya. Untuk nama Indonesia yang hanya
terdiri dari satu unsur, dituliskan sebagaimana adanya (misalnya: Suhardjono).
Namun banyak nama yang terdiri dari dua unsur atau lebih. Untuk nama yang
diikuti dengan nama ayah (Budiono Ismail), nama keluarga (Mohammad Farid
Baradja), atau marga (Muchtar Lubis), maka nama ayah, nama keluarga, nama marga
dituliskan terlebih dahulu dan disusul dengan unsur nama berikutnya setelah
tanda koma. Saat ini makin sering juga dijumpai nama Indonesia yang terdiri
dari dua unsur atau lebih yang bukan merupakan gabungan nama ayah, keluarga
atau marga, misalnya: Riyanto Hariwibowo, Dwi Anita Rukmanasari, Sri Mulyani.
Menuliskannya dilakukan dengan unsur nama terakhir diletakkan di depan, jadi
dituliskan sebagai berikut: Hariwibowo, Riyanto; Rukmanasari, Dwi Anita;
Mulyani, Sri. Bila nama diikuti dengan gelar (Raden Udiyanto, Andi Adam) atau
nama panggilan (Like Wilardjo) maka nama diri dituliskan terlebih dahulu dari
gelarnya atau penggilan-nya (Udiyanto, Raden; Adam, Andi; Wilardjo, Like). Namun
bila nama tersebut merupakan gabungan dari gelar, nama dan nama keluarga (Andi
Hakim Nasution), maka penulisan nama keluarga dilakukan terlebih dahulu
(Nasution, Andi Hakim). Penulisan nama Bali (I Gusti Ngurah Adipa), dimulai
dengan nama diri dan baru disusul unsur nama yang lain (Adipa, I Gusti Ngurah).
Namun bila masih ada nama keluarga di belakangnya (I Wayan Wija Pagehgiri)
dituliskan dengan menempatkan nama keluarga di depan (Pagehgiri, I Wayan Wija).
Bila kepustakaan yang dirujuk tidak menunjukkan nama penulisnya, dituliskan
sebagai pengganti nama kata "anonim". Secara umum, cara penulisan
informasi tentang judul kepustakaan, keterangan penerbit, dan waktu penerbitan
sama dengan aturan pada penulisan catatan kaki. Baik pada catatan kaki maupun
daftar kepustakaan, nama judul sumber digarisbawahi atau dimiringkan.
10. Perbedaan Penulisan Catatan Kaki dan
Daftar Kepustakaan
a. Pada catatan kaki nama diri ditulis
terlebih dahulu (Contoh: Budiono Mismail; J.E. Wert; Bambang Handoyo; dan
Stephen Kakisina). Sedangkan pada daftar pustaka, nama keluarga, marga, ayah,
ditulis terlebih dahulu (Contoh: Mismail, Budiono; Wert. J.E.; Handoyo, Bambang
dan Kakisina, Stephen);
b. Pada catatan kaki antar informasi
dipisahkan oleh tanda koma (contoh: Sri Harto, Hidrologi Terapan, Badan
Penerbit UGM, Yogyakarta, 1983, hal. 423). Sedangkan pada daftar kepustakaan
dipisahkan oleh tanda titik (contoh: Harto, Sri. Hidrologi Terapan. Yogyakarta:
Badan Penerbit UGM, 1983).
c. Pada daftar kepustakaan perlu
mencantumkan nama penerbitnya, misalnya: Gramedia; Mc. Graw Hill Company; Badan
Penerbit UGM; dll. Sedangkan pada catatan kaki tidak terlalu diperlukan dan
kalau dicantumkan juga tidak salah.
d. Pada daftar pustaka tidak perlu
menuliskan halaman tempat dimana kutipan pustaka tersebut diambil, sementara
pada kutipan dalam teks atau pada catataan kaki itu perlu.
e. Urutan penulisan daftar kepustakaan
mempunyai beberapa variasi, misalnya ada yang menempatkan tahun terbitan
setelah nama penerbit, dan beragam variasi lain. Untuk kita pedomani saja
contoh yang telah ada pada buku ini. Demikianlah sejumlah tehnik penulisan
karya tulis ilmiah untuk pegangan dasar dalam memulai pembuatan rancangan
penelitian, pengembangan, evaluasi serta pelaporannya, pembuatan makalah,
artikel, naskah media elektronik, pembuatan buku, modul, diktat, terjemahan,
saduran, dll.
B.
PERSYARATAN ADMINISTRASI
Dalam rangka memenuhi keabsahan
sebuah karya tulis atau karya ilmiah guru untuk kenaikan pengkat dan atau
jabatan guru setingkat lebih tinggi, maka perlu diperhatikan
persyaratan-persyaratan administrasi sebagai berikut:
1. Karya tulis/karya ilmiah yang
diajukan kepada tim penilai hendaknya diberi judul yang dituangkan dalam
halaman "judul"
2. Karya tulis/karya ilmiah yang akan
diajukan kepada tim penilai harus disyahkan terlebih dahulu oleh kepala
sekolah/kepala madrasah tempat bersangkutan bertugas. Tanpa adanya lembar
pengesahan tersebut karya tulis tidak diberi nilai.
3. Karya tulis/karya ilmiah yang
diajukan kepada tim penilai hendaknya telah mendapat rekomendasi dari pengelola
perpustakaan sekolah yang menyatakan bahwa karya tersebut didokumentasikan di
perpustakaan sekolah guru yang bersangkutan.
4. Bila karya tulis ilmiah yang
diajukan merupakan makalah atau bahan dalam kegiatan penataran, seminar,
lokakarya dll, maka harus ada keterangan dari panitia pelaksana kegiatan
tersebut.
5. Dalam karya tulis/karya ilmiah
hendaknya dibuatkan kata pengantar yang disusun oleh penulis, kata pengantar
ini penting, agar tim penilai dapat melihat kapan penulis membuat karya ini.
6. Karya tulis/ilmiah yang diajukan
hendaknya dilengkapi dgn out line (daftar isi) yang agak rinci agar tim penilai
mudah melakukan tugas penilaian.
7. Dalam sebuah karya tulis/karya
ilmiah yang diajukan kepada tim penilai, hendaknya dilengkapi dengan daftar
kepustakaan/daftar bacaan.
Terima Kasih sudah membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar